Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istri Tidak Mesti "Selalu" Berkorban demi Urusan Rumah Tangga

5 Februari 2020   20:20 Diperbarui: 5 Februari 2020   21:38 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto Kompas.com

Kehidupan berkeluarga tidak lepas dari kisah tentang pengorbanan. Pengorbanan itu bisa mewujud lewat keputusan salah satu pasangan, entah itu pihak laki-laki maupun perempuan.

Salah satu alasan pengorbanan terjadi di dalam kehidupan berkeluarga adalah pengaruh peran yang dimainkan oleh setiap pasangan.

Salah satu pasangan berani mengambil keputusan tertentu walaupun keputusan itu mengorbankan banyak hal. Keputusan itu terlahir karena kesadaran akan peran yang dimainkannya di keluarga.

Konsep tentang peran suami dan istri acap kali dipengaruhi oleh konteks tertentu. Konteks itu bisa berupa faktor budaya dan sosial di mana keluarga itu berada.

Ada konteks budaya yang seolah secara otomatis menempatkan suami berada di ruang depan kalau ada tamu, sementara istri berada di dapur, memasak dan bertugas untuk melayani makananan dan minuman untuk suami dan tamu.

Ada pula budaya yang menganggap "biasa-biasa saja" kalau istri bekerja di kantor atau mengajar di sekolah, sementara suami lebih banyak di rumah. Di rumah suami akan memasak, mencuci pakaian dan mengatur kehidupan di rumah. Hal ini bukanlah persoalan dan masyarakat tidak mempersoalkan kenyataan tersebut.

Barangkali sebagian besar dari kita berhadapan dengan budaya di mana suami mesti bermain peran lebih di keluarga daripada istri. Tuntutan sosial kerap mengatakan kalau seorang suami yang mesti bekerja dan mencari nafkah dan istri bertugas banyak di rumah.

Apalagi kalau suami mempunyai pekerjaan yang baik dan bisa mencukupi kehidupan keluarga, sang istri bisa didorong untuk berada di rumah. Istri tinggal di rumah untuk mengurusi urusan rumah tangga dan kebutuhan anak-anak.

Tidak heran, menjadi sangat sulit saat istri bekerja dan suami tidak. Masyarakat kadang berpandangan tidak baik kalau suami tidak bekerja dan lebih banyak di dapur sementara istri bekerja di luar rumah.

Singkatnya, peran suami dan istri acap kali dipengaruhi oleh konteks budaya dan sosial tertentu. Meski demikian, pandangan ini bisa berubah.

Dalam arti, kita tidak seutuhnya menuruti pandangan budaya dan sosial tersebut. Kalau kita terlalu terikat, bisa jadi kehidupan keluarga kemunduran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun