Situasi Mawar ini menggambarkan kenyataan yang juga terjadi pada banyak orang. Orang lebih mementingkan pernikahan bahkan menikah di usia muda. Karena keputsan ini, mereka mengabaikan pendidikan dan karir. Padahal pendidikan dan karir merupakan investasi penting dalam kehidupan berkeluarga.
Tetapi setelah beberapa waktu hidup menikah, mereka perlahan menyesali apa yang telah dipilih. Ternyata hidup menikah tidak semudah dengan apa yang dipikirkan.
Penyesalan itu juga bisa terjadi karena tuntutan hidup. Tuntutan hidup itu berupa prihal finansial. Salah satu pihak tidak cukup kuat untuk menyediahkan kebutuhan finansial untuk sebuah keluarga.
Atau seperti yang terjadi pada Mawar, tuntutan hidup semakin sulit saat suami yang merupakan pencari nafkah untuk keluarga meninggal dunia.
Sebaliknya juga, ada yang cenderung mengejar karir tetapi tidak peduli dengan hidup menikah. Komitmen untuk menjalin relasi diabaikan. Yang hanya dipikirkan dan dilakukan adalah mengejar karir.
Hidup menikah dan berkarir merupakan dua pilihan. Meski keduanya adalah dua pilihan, tidak menutup kemungkinan untuk menjalankan keduanya dalam satu koridor hidup harian.
Tidak sedikit orang yang menikah dan sekaligus menjalankan karir mereka dalam jalan yang seimbang. Mereka bisa mengimbangkan antara tanggung jawab karena tuntutan hidup menikah dan sekaligus tuntutan karir.
Namun banyak orang yang terjebak pada karir hingga mengabaikan tanggung jawab dalam hidup menikah. Relasi di dalam keluarga tidak dipedulikan.
Karena situasi seperti ini, banyak relasi hancur karena salah satu patner lebih mementingkan karir daripada relasi di dalam keluarga.
Menikah dan karir bisa berjalan berbarengan. Karir itu penting karena itu bisa menopang dan mendukung kehidupan keluarga. Â Tetapi karier tidak boleh menjadi halangan dan beban bagi kehidupan berkeluarga.
Antara menikah dan karir, keduanya bisa berjalan berbarengan. Lebih baik lagi kalau kedua pasangan saling mendukung antara satu sama lain.