Dalam artikelnya ini, Sidney Jones mengemukakan kalau ISIS mempunyai pengaruh pada gerakan teroris yang berada di Indonesia. Pengaruh ini hadir lewat keberadaan media sosial. Propaganda yang dihadirkan ISIS lewat media sosial menggerakan orang-orang tertentu untuk berjalan seturut kehendak gerakan ekstremis ini.
Salah satunya, peristiwa 13 Mei 2019 di Surabaya. Enem orang dari satu keluarga melakukan serangan bom bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya, Jawa Timur.
Tidak hanya di Indonesia, ISIS juga sempat membuat negara tetangga Filipina kesulitan. Gerakan ISIS menguasai kota Marawi. Karena peristiw aini, kerugian materi, fisik dan mental menjadi dampak dari kehancuran sebuah kota.
Secara umum, pengaruh ISIS membawa hal yang buruk untuk sebuah konteks sosial. Kebangkitan organisasi ini bisa berarti dampak buruk yang akan kembali, tidak hanya di negara di mana organisasi eksis, tetapi di negara-negara di mana ada pengikutnya.
Kalau motif dan cara kerja organisasi ini kembali menguat, boleh jadi keamanan dunia juga ikut tergoncang.
Saat ini kunci untuk membendung kebangkitan organisasi ini ada pada relasi antara Iran dan Amerika Serikat. Kalau tensi kedua tidak meninggi dan mereka tetap fokus pada membendung dan menghancurkan pengaruh ISIS, kebangkitan ISIS pun bisa tidak terjadi. Bahkan kalau boleh kedua negara tetap fokus menghancurkan gerakan ini. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H