Tulisan ini terinspirasi dari kata-kata dari seorang teman tadi malam. Dia mengatakan kalau "tidak ada gunanya membangun dan menghiasi kuburan seorang ibu dengan emas, sementara sewaktu masih hidup sang ibu kurang diperhatikan."
Kata-kata ini pastinya bisa menusuk dan merangsang pikiran dan hati siapa saja. Yah, acap kali penyesalan dalam sebuah relasi datang terlambat.Â
Penyesalan baru tiba saat segala sesuatunya sudah terjadi dan telah lewat. Tetapi saat relasi masih berlangsung, kita tidak mau peduli. Kita tidak mau membangun hubungan yang dekat dan akrab.
Ini juga kerap terjadi dalam relasi di keluarga kita. Relasi kita dengan orangtua.
Relasi kita dengan orangtua kadang berubah seturut waktu dan bergantung pada kondisi. Saat kita masih berusia kanak-kanak, remaja dan di masa muda, kita sepenuhnya menyadarkan diri kita pada orangtua.
Ketergantungan kita begitu besar. Kalau kita membutuhkan sesuatu, kita selalu beralih kepada orangtua. Singkatnya, orangtua menjadi fokus perhatian kita. Dengan itu pula, relasi pun terbangun dengan akrab dan dekat.
Situasi perlahan berubah dan beralih. Biasanya ini terjadi saat anak-anak sudah merasa diri independen. Anak-anak sudah tidak bergantung lagi kepada orangtua.Â
Anak-anak sudah bisa berdiri di atas kaki sendiri karena mereka sudah mempunyai pendapatan sendiri atau karena mereka sudah bisa mengatur kehidupan dengan cara sendiri.
Saat itulah acap kali perhatian kepada orangtua tergerus. Orangtua tidak lagi dijadikan pusat perhatian. Apalagi kalau tinggal berjauhan dan merasa nyaman dengan kehidupan mereka di tempat jauh.
Menyesal tidak boleh datang terlambatÂ
Penyesalan kerap terjadi saat sesuatu terjadi pada orangtua. Misalnya saja, beberapa hari lalu saya menghadiri pemakaman seorang ibu.Â