Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Apa Saja yang Kita Baca Sewaktu (Masih) Mahasiswa?

17 Maret 2017   17:28 Diperbarui: 18 Maret 2017   02:00 4272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca adalah aktivitas rasional kita manusia. Saya teringat kata-kata salah satu dosen saya sewaktu masih berada di bangku kuliah beberapa tahun lalu. Membaca itu seperti berolahraga mengangkat beban di gym.  Kalau kita secara reguler mengangkat beban, kita pasti mendapatkan bentuk otot yang kita inginkan.

Begitu pula dengan kebiasaan membaca buku. Kalau kita sering membaca, otak kita terasah menjadi tajam dan kita diisi dengan pelbagai macam ilmu. Kita tidak hanya terjebak pada satu-satunya pola pikir, tetapi kita mempunyai aneka cabang untuk menguatkan pola pikir kita. Keuntungannya juga, otak tidak kosong-melompong atau terisi dengan tetek-bengek yang tidak perlu. Dosen saya menambahkan kalau membaca itu olahraga otak. Karena itu, olahraga otak mesti selalu dipraktikan di bangku kuliah. Kalau memang kita cukup bijak, kita menanam kebiasaan ini sejak usia dinih.

Kata-kata dosen saya ini dulu mengantarkan saya pada artikel Thu-Huong Ha. Dalam artikelnya di majalah online, Quartz (27/1/2016) dia menulis tentang buku-buku wajib yang perlu dibaca oleh mahasiswa di beberapa universitas top di Amerika Serikat. Beberapa universitas itu antara lain Princeton, Harvard,  Yale dan lain sebagainya.

Dari sepuluh buku yang ada di daftar artikel Thu-Huong Ha, hampir semua buku bertopikan filsafat dan kemanusiaan. Beberapa buku itu antara lain Republik (Plato), Leviathan (Thomas Hobbes), the prince (Niccolo Machiavelli) dan lain sebagainya. Saya tidak mau menyebut buku-buku  satu per satu karena yang mau ditekankan di sini adalah kebiasaan membaca di bangku kuliah. Penekanan pada buku-buku wajib yang dibaca di bangku kuliah menandakan kalau membaca adalah hal yang mutlak perlu bagi seorang mahasiswa. Dengan kualitas buku-buku wajib yang ditawarkan, tentunya pihak universitas di AS mengharapkan perkembangan karakter mahasiswa sendiri.

Pertanyaannya, apakah di bangku kuliah kita mempunyai buku-buku wajib untuk dibaca? Sewaktu saya di bangku kuliah, saya tidak mempunyai daftar bacaan buku wajib. Praktisnya, saya hanya baca buku apa saja tanpa berpikir apakah mereka wajib atau tidak. Yang penting membaca dan mengisi otak dengan bahan-bahan lain.  Sayang kalau setelah menyelesaikan program S1 seorang mahasiswa tidak pernah membaca satu pun buku di luar buku-buku tuntutan perkuliahan.

Yah, mungkin juga alih-alih menanyakan tentang buku wajib yang kita baca di bangku kuliah, bisa jadi kita dibenturkan dengan persoalan minimnya para mahasiswa dalam membaca. Saya tidak mempunyai data dan survey yang bisa menilai tingkat dan minat membaca mahasiswa di tanah air. Tetapi kalau tingkat dan minat membaca para mahasiswa sangat minim, maka ini menjadi PR besar untuk pendidikan Indonesia. Artinya, pendidikan hanya mau menciptakan serjana yang dicetak karena memperoleh ilmu menurut buku-buku pelajaran dan mungkin tidak mengeksplorasi lebih jauh ilmu yang dipelajari dengan ilmu-ilmu lain. Pada titik ini, apa salahnya kita mencontohi universitas-universitas di Amerika Serikat yang memberikan buku-buku wajib bagi para mahasiswa selama kuliah.

Persoalan lain adalah sering orang menjawab “Ya” saat ditanyakan tentang apakah membaca buku di bangku kuliah atau tidak. Tetapi setelah dicek lebih jauh, sebenarnya yang dibaca hanyalah bahan-bahan kuliah dosen. Dengan kata lain, seorang mahasiswa membaca karena tuntutan kuliah, pekerjaan rumah atau juga pembuatan makalah atau tulisan lainnya. Namun, kalau tanpa tuntutan seperti itu, membaca pun berhenti. Tidak heran, selepas bangku kuliah banyak yang tidak membaca buku sama sekali. Bahkan ada yang begitu puas dengan hanya membaca berita dan rangkaian informasi yang ada di internet dan media sosial.

Mungkin di bangku kuliah kita bisa membuat proyek entah itu tingkat kampus sendiri atau juga proyek pribadi. Perencanaan itu berupa buku-buku apa yang mesti dibaca selama berada di bangku kuliah selain buku-buku pelajaran. Penting membaca buku-buku di luar tuntutan pelajaran. Pertama, karena ilmu itu sangat luas. Dan kita butuh ilmu untuk menunjang ilmu yang kita pelajari di bangku kuliah.

Kedua, dengan membaca bahan yang lain, kelak kita menciptakan koneksi antara apa yang kita pelajari, apa yang kita baca dan dengan kehidupan kita sendiri. Kalau kita terlalu fokus dengan apa yang kita pelajari di kelas, ini bisa mempengaruhi pola pikir kita. Kita hanya berpikir di dalam tataran dan ruang lingkup dari apa yang kita pelajari di sekolah. Tetapi kalau kita membaca bahan lain, kita bisa membuat studi perbandingan atau menguji apa yang kita pelajari dengan bahan-bahan lainnya. Sehingga saat kita berhadapan dengan kasus yang berhubungan dengan ilmu yang kita geluti, kita tidak hanya melihatnya dari apa yang kita pelajari. Tetapi kita bisa juga menimbangnya dari apa yang kita baca.

Membaca itu penting. Ini adalah olahraga otak. Karenanya, sejak bangku sekolah kita membiasakan diri untuk membaca. Kita mewajibkan diri untuk membaca buku selain bahan pelajaran di kelas. Kita membaca supaya kita menyadari kalau ilmu itu sangat luas dan melebihi apa yang kita pelajari di ruang kuliah.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun