“Sumpah, seumur-umur baru kali ini saya liat yang beginian”, ujarnya kepada Uhe, senior Stapala pendamping tim II.
Wekekek, anak mama rumahan nan alim kok disuguhi pentas dangdut seronok, pasti merah semua mukanya, mirip udang rebus,
Pada pendakian itu pulalah sempat terjadi insiden hidung berdarah. Awalnya sih kami mengira dia menderita sinus biasa, tapi baru kemudian kami tahu ada tumbuh sel kanker di dalam hidungnya.
Setelah dilantik, Junel menghilang dari dunia persilatan. Dia harus menyelesaikan tahapan terapi kankernya. Terpaksa pula dia menunda kelulusan selama satu tahun. Saat masuk kembali ke kampus (sebagai adik kelas teman-teman seangkatannya tentunya), namanya muncul sebagai ketua KMK (organisasi mahasiswa Katolik di STAN), salut ma anak ini.
Meskipun jarang berkunjung ke posko Stapala, dia telah membuat satu perubahan besar di posko. Terapinya berhasil menyembuhkannya dari kanker. Akan tetapi, pengalamannya menjalani kemoterapi yang amat sangat menyakitkan itu tak akan pernah dia lupakan.
Surat Cinta di Diary Stapala
Beberapa lembar kertas putih tertempel di halaman folio diary Stapala (lupa diary no berapa ya?). Sebuah surat ternyata. Surat Cintakah? Mungkin iya. Ooow, ternyata surat cinta dari Junel untuk Papanya. Narsis amat yak, the show off affection, hihihi.
Sorry Nel, ternyata bukan surat biasa. Ini surat yang luar biasa. Sungguh-sunguh-sungguh luar biasa (menurut saya seeh).
“Emang isinya apaan seeh?”
Baca aja sendiri ya di bawah sono. Tapi kita bahas dulu mengapa om Jun (kami biasa memanggilnya) mengumumkan surat cintanya ke anak-anak Stapala. Kira-kira begini analisis saya (gaya komentator bola):