Mohon tunggu...
Dorothy Ferary
Dorothy Ferary Mohon Tunggu... lainnya -

Pencinta bahasa, travelling, dan makanan! :-)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelas Inspirasiku

4 Maret 2013   03:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:22 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 14 Januari lalu saya menerima email dari mailing list Alumni Swedia mengenai ajakan menjadi relawan di Kelas Inspirasi.  Setelah membuka-buka websitenya di www.kelasinspirasi.org saya memutuskan untuk mendaftar. Di Kelas Inspirasi, para profesional diajak untuk meluangkan waktu mereka selama sehari untuk "mengajar" (lebih tepatnya sih sharing cerita untuk menginsipirasi) anak-anak SD di berbagai SD di Indonesia. Tanggal 31 Januari saya menerima email dari tim Kelas Inspirasi yang menyatakan bahwa saya adalah salah satu dari 590-an sukarelawan terpilih dari 1100-an pendaftar di Jakarta. Wow! ternyata mereka juga memilih-milih toh? pikir saya dalam hati. Bangga juga bisa menjadi "yang terpilih". Saya masuk ke dalam kelompok 58, yang ditugaskan untuk "mengajar" di SD04 Cikini. Kelompok saya terdiri dari 8 sukarelawan dan 1 photographer. Briefing Kelas Inspirasi Kelompok 58 Tanggal 9 Febuari saya mengikuti briefing Kelas Inspirasi dimana saya, untuk kali pertama, bertemu dengan anggota kelompok saya. Ada Ken (yang terpilih menjadi ketua kelompok) dari Danamon, Gita dari Nestle, Dwi dari perusahaan minyak INPEX, Sigit dari KompasGramedia, Mur dari Departemen Keuangan, Nurul sang arsitek, Christine social media researcher dan saya sendiri. Di kelompok kami ada yang pegawai, manager, bahkan ada yang direktur! Wow! What a group! Sementara fotografer kami, James, adalah mahasiswa UI.

Tanggal 13 Febuari team kami mengirimkan perwakilan untuk survey ke lokasi sekolah. Bertemu dengan guru dan melihat langsung interaksi murid dan guru memberikan insight tersendiri buat kami sehingga kami bisa mengancang-ancang program "mengajar" kami. Tanggal 15 Febuari kami rapat kelompok di Setiabudi One dan saling sharing metode, trik, dan apa saja  rencana kegiatan yang akan kami lakukan. Tanggal 20 Febuari adalah THE DAY! Saya sudah siap dengan boneka saya (kebetulan saya mengajar kelas 1, 2, dan 6). Biasanya murid kelas 1 dan 2 masih tertarik sama boneka. Gita sudah siap dengan alat peraganya, Nurul eksis dengan topi arsiteknya, bahkan Sigit sampai membawa 2 liason officernya! Banyak pengalaman lucu, menggemaskan, dan tak terlupakan dari menjadi "guru" sehari. Muka-muka murid yang semangat menjawab pertanyaan, senyum dan tawa mereka benar-benar reward yang tak terlupakan. Tapi dari kegiatan tersebut, ada 1 moment yang paling membuah hati saya "nyesss".

Setelah jam sekolah usai, kami para "guru sehari", mengadakan rapat dengan para guru. Ketika rapat, beberapa orang anak celingak-celingukan di depan pintu ruang perpustakaan tempat kami mengadakan rapat. Salah seorang guru kemudian menyanyakan ke mereka "Ada apa?". Salah seorang anak mengeluarkan uang seribu dan berkata "Bu, kamu nemuin duit ini". Kami para sukarelawan saling tukar pandang. Para murid yang bersekolah di sekolah ini adalah mereka yang berasal dari latar belakang kekurangan. Banyak murid yang orangtuanya hanya bekerja sebagai pembantu atau tukang cuci. Secara keuangan, mereka kurang. Namun demikian, sikap murid yang tetap mengembalikan uang seribu itu sangat patut diacungkan jempol! Tidak terlintas dalam pikiran mereka bahwa uang seribu yang mereka temukan bisa dibelikan jajanan dan dimakan bareng-bareng. Tidak terpikirkan oleh mereka "duit ini saya yang nemuin, berati ini duit saya dong. Kan saya tidak mencuri...". Tapi tidak, mereka justru mengembalikan duit itu ke guru mereka. Betapa jujurnya murid-murid itu. Latar belakang ekonomi tidak meracuni pikiran mereka. Mereka masih polos, lugu, belum terbelenggu dengan semua ketamakan manusiawi. Suatu pukulan yang telak buat kita-kita orang dewasa yang selalu merasa kekurangan. Ketika negri ini disibukkan dengan kasus-kasus korupsi, anak-anak ini mengajarkan saya bahwa masih ada harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Membangun generasi muda Indonesia yang berbudi pekerti luhur mungkin terkesan sangat "klise". Tapi murid-murid tersebut membuktikan bahwa mereka lahir dengan segala kemurnian mereka. Tinggal bagaimana kita, sebagai orang dewasa, belajar dari mereka, dan membimbing mereka untuk terus berjalan di jalan yang penuh kejujuran. Para guru mengucapkan banyak terima kasih kepada kami para relawan. Tapi sejujurnya, sayalah yang harus berterima kasih untuk pelajaran hari itu. Terima kasih Kelas Inspirasi, yang telah memberikan kepada saya sebuah kesempatan, terima kasih murid-murid SD04 Cikini yang telah mengajarkan saya pelajaran hidup yang tak terlupakan! You guys are the best. Majulah terus generasi muda Indonesia!
Mengajar Murid-Murid Kelas 2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun