Mohon tunggu...
D Jesshecha S
D Jesshecha S Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sukses itu impian setiap orang. Akan tetapi menjadi orang berarti bagi banyak orang adalah impian utama saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sayangi aku mah,...

12 Mei 2013   17:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup ini indah karena Dia yang menganuhgerahkannya adalah keindahan yang terindah. Sejak mengalami hal itu kau berlalu dariku. Kau tidak melihatku lagi. Kau penah menerima pesanku , aku mengeluh tentang hidup dan kau berkata “biarlah waktu yang menyelesaikannya. Kau pergi.

Sejak saat itu aku menjalani hidupku sendirian saja. Kini kau rindu melihatku,mendengar tawaku, dan candaku. Terlebih kau ingin mendengar keluh kesahku dan rasa sakitku. Waktu telah menjawab aku tidak lagi menginginkanmu, bertemu denganmu.

Akutahu dan sadar, sebenarnya kau tidak pernah ada saat aku menginginkanmu disampingku. Tak seorang pun mendengar desah napasku juga keluhku. Kau tidak pernah hadir di sampingku saat aku ingin melihatmu. Pernah aku berkata padamu.”Kalau kau  tidak ingin melihatku ijikanaku melihatmu. Sekalipun kau tidak menginginkan aku ada. Tetapi kau tidak pernah menghiraukan kata- kataku yang menyimpan kerinduan yang tak tertahan olehku. Kau tidak pernah mendengarkanku saat aku menginginkan. Kau tau apa yang menjadi harapan dalam hidupku.

Kau telah membiarkan aku tumbuh sendirian seperti rumput kecil yang merayap bertahan hidup antara bebatuan tajam dan keras. Kau membiarkanku terseok-seok dalam putaran dunia yang mengombang ambingkan hati dan perasaanku. Kau membiarkan perasaanku mengalir seperti aliran sungai yang tidak pernah berhenti. Tak ada yang peduli  pada arah dan tujuan aliran.Orang hanya ingin mencicipi kesejukannya. Demikian aku hidup tanpa seorang pun bertanya tentang perasaan,cita-cita dan kerinduanku. Tak seorang pun ingin tahu rasa pahitku karena keegoisanmu. Dari sekian banyak waktu itu aku jalani dengan air mata dan desahan rindu dalam hati.

Aku ada untukmu sekalipun kau  mengabaikanku.Kau tidak pernah menyediakan waktu untuk mengingatku apalagi merindukanku. Aku merindukanmu dalam setiap tatapanku. Kau berlalu tapi aku ada. Aku berujar dengan linang airmata,” keindahan dan kebahagiaan akan menghampiriku. Tetapi aku tidak pedih sekali pun keindahan dan kebahagiaan tergores oleh kemarahan , keegoisan ,angkara, penolakan dan kebosanan.” Aku sungguh menyakini itu dalam hati dan waktu dalam seluruh hidup dan peristiwa. Sehingga aku terus melangkah sekalipun merangkak dan mengais , menahan perih luka-luka kekejaman hatimu dan teriknya gagasanmu. Bagaimana mungkin  aku tidak menjerit tercekik oleh keegoisan dan kesombonganmu. Aku juga berkata ,”aku telah melihat tanda dan aku tidak buta.”

Kau pernah merasakan rasa di hatiku tapi kau mengusirnya dan tidak mau ada waktu untuk itu. Sekarang apa katamu tentang aku.Kau bertanya, “apakah rasa keindahan menghampirimu?”. Dengan yakin aku menjawab, “ Ya. Keindahan itu menghampiriku. Tetapi keindahan itu tidak telanjang seperti bebatuan hitam diantara aliran sungai yang bias di pandang oleh mata atau seperti riak sungai yang bisa di sentuh dengan jemari. Jalan untuk bersatu dengan keindahan adalah kesedihan, kegagalan , kesalahan dan kepedihan.

Kau senang mengalami kepedihan???

Ya.Karena itu sebuah tanda bahwa aku sedang di hampiri keindahan, tetapi bukan berarti aku mencari kepedihan melaikan dengan kepedihan aku akan tau bagaimana rasanya kegembiraan dan keindahan itu. Aku tidak akan menolak kepedihan  sekalipun membuat hati perih. Aku tidak akan meniadakan tanda dan penanda.

Ingat sejak awal aku ada kau tidak pernah mengulurkan kedua tanganmu untuk mendekapku. Kau tidak pernah memberikan kecupan sayang di keningku. Kau tidak pernah memandangku dengan kasih yang lembut . tidak sempat secangkir air habis  kau telah tiada . Kau  telah tiada bagiku. Kau membiarkan aku sendirian. Kau  membiarkanku tanpa seorang pembela. Dan aku tidak punya sedikitpun kekuatan untuk membela diriku. Pembelaanku satu-satunya saat itu adalah tangisan dan air mata. Pembelaan yang sangat tradisional. Kau tau dan mengerti tapi tak perduli.

Aku menerima setiap bias mentari dan menadah setiap tetes air hujan. Semua kepahitan kutampung dalam hati kecilku. Kepahitan itu aku genggam dari hari ke hari dan aku selalu yakin akan menjadi manis pada saat yang tepat. Aku tidak menangisi hidupku tetapi sering menangis untukmu. Hari-hariku selalu penuh pengaharapan akan esok yang lebih indah. Aku selalu mengatakan kalau aku dan kau sedang berjalan menuju keindahan itu. Sekarang aku tidak tau apakah kita akan tiba dalam keindahan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun