Jambi kini tengah dihebohkan berita pembatalan hasil Pemilukada Kabupaten Tebo oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Maklum, sudah berulang kali kasus sengketa pemilukada di Jambi bergulir ke MK, baru kali ini ada keputusan yang mengejutkan. Bahkan lembaga peradilan yang dipimpin Mahfud MD, itu memerintahkan agar Pemilukada Kabupaten Tebo diulang secara keseluruhan, bukan per kecamatan atau hanya di beberapa desa saja.
Persidangan MK yang berlangsung selama tiga pekan, itu ternyata tidak hanya menyeret nama Bupati Tebo Madjid Muaz, sekaligus juga nama Gubernur Jambi Hasan Basri Agus (HBA). Dua tokoh yang beberapa waktu lalu berseteru merebutkan kursi jabatan Gubernur Jambi, akhirnya “bersekongkol” mengalahkan kandidat lain pada Pemilukada Tebo yang digelar awal Maret lalu, dan rela menambrak aturan main demi memenangkan pasangan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edy. Pasangan ini diusung oleh Partai Demokrat, PDIP, PAN dan beberapa partau gurem lainnya.
Meski keduanya sempat membantah tuduhan persekongkolan tersebut, namun fakta-fakta serta kesaksian yang ditampilkan di persidangan oleh pasangan Sukandar-Hamdi dan pasangan Ridham Priskap-Eko Putra, tidak terbantahkan lagi. Madjid Muaz yang masih berkuasa di Tebo dengan terangan-terangan telah mengerahkan seluruh jajaran SKPD mulai dari kepala dinas hingga camat dan kepala desa untuk membantu pasangan Yopi Muthalib. Mereka juga berani menggunakan pasilitas negara mulai dari kantor camat sebagai tempat pertemuan tim sukses hingga menggunakan alat berat untuk memperbaiki jalan rusak seolah-olah semua itu adalah bantuan dari Yopi Muthalib.
Tidak cukup sampai di situ, agar para camat dan para kades inibisa kompak, maka tanggal 7 Februari 2011, mereka diboyong ke Kota Jambi. Ternyata bukan mau diajak pelesir dan bersenang-senang seperti lazim terjadi terhadap para tim sukses. Rupanya mau dibai’at alias disumpah.agar siap bekerja keras memenangkan Yopi Muthalib serta tidak berani berkhianat atau membelot ke kandidat lain. Hebatnya yang membai’at bukannya petugas rohaniawan, tapi langsung dilakukan oleh sang gubernur. “Kami disumpah dalam keadaan gelap karena lampu sengaja dimatikan dan saat pulang dikasi duit sejuta rupiah tiap orang,” ungkap sejumlah kades di persidangan MK. Peristiwa sakral itu berlangsung di sebuah rumah mewah di Telanaipura yang tak lain adalah milik orang tua Yopi Muthalib.
Walau mereka mengaku terpaksa karena tidak kuasa menolak perintah camat dan bupati, tetapi bai’at yang dilakukan Gubernur Jambi tersebut memang mustajab. Buktinya, pasanganan Yopi Muthalib-Sri Sapto Edy berhasil unggul sebanyak 2.721 suara dari pasangan Sukandar-Hamdi atau sekitar 1,65 persen dari total suara sah. Sedangkan pasangan Ridham Priskap-Eko Putra jauh tertinggal di urutan bawah. Namun lantaran kedua pasangan ini merasa sama-sama dizholimi akhirnya sama-sama mengadukan nasibnya ke MK.
Adalah Akil Muchtar yang mengetuai sidang tersebut sempat menggeleng-gelangkan kepala mendengar kesaksikan itu. Dan HBA yang selalu disebut-sebut dalam persidangan akhirnya mengakui telah melakukan pembai’atan itu. “Saya memang melakukan itu tetapi kapasitas saya sebagai Ketua Partai Demokrat, bukan sebagai Gubernur Jambi,” kilahnya sebagaimana juga dilansir semua media harian di Jambi dalam beberapa hati ini. Tetapi hakim MK tidak mudah dikelabui. “Memangnya camat dan kades adalah kader partai?,” sergah Akil di persidangan.
Singkat cerita, sidang MK yang berakhir 13 Maret lalu memutuskan bahwa hasil Pemilukada Tebo dibatalkan dan harus diulang selambat-lambatnya 90 hari ke depan. Berdasar kesaksian dan semua fakta dipersidangan terbukti secara hukum telah terjadi pelanggaran secara sistimatis, terstruktur dan masif. Tak pelak lagi, tidak hanya Yopi Muthalib yang dibuat meradang, Bupati Tebo Madjid Muaz yang terlanjur gembira karena jagonya menang, akhirnya gusar. Kabarnya rencana umroh ke tanah suci terpaksa ditunda.
Anehnya, sang bupati yang dikenal “kebal hukum” karena kasus-kasus dugaan korupsinya yang kerab dilaporkan masyarakat ke Kejagung dan KPK dan tidak pernah berakhir ke pengadilan itu, tetap saja berkelit dari tuduhan tersebut meski MK sudah membuktikan keterlibatannya pada pesta demokrasi rakyat Tebo tersebut. Tidak hanya Madjid, HBA pun tak kalah lihai menutup aibnya. “Saya tidak tahu kalau yang saya bai’at malam itu adalah para kepala desa, saya kira mereka adalah tim sukses,” ujarnya sebagaimana dilansir sejumlah media massa lokal Jambi. Lah, kalau benar demikian, berarti Gubernur sudah “dijebak” timnya sendiri? Sepertinya inilah "dagelan" politik Gubernur Jambi yang paling hot minggu ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H