Mohon tunggu...
Dora Sembada
Dora Sembada Mohon Tunggu... -

sembada lan ora dora

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cukup Sudah Berita Tentang Jamuan Makan Itu!

27 Mei 2015   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti saya duga, walaupun saya memiliki beberapa kesalahan persepsi dalam tulisan ini: Undangan Jokowi, Kompasioner dan Transparansi Admin, tulisan mengenai undangan oleh Presiden kepada para Kompasioner masih menjadi isu hangat di blog keroyokan ini. Secara umum ada dua sisi tulisan, yaitu dari para Kompasioner (plus Admin) yang diundang dan mereka yang tidak. Nada tulisan dari kedua kubu tersebut juga cenderung berbeda. Kubu mereka yang diundang cenderung menuliskan dengan penuh semangat, kadang-kadang tampak berlebihan, walaupun mungkin memang itu yang terjadi senyatanya di lapangan. Misalnya dengan cerita mengenai bagaimana kronologi pertemuan, dari gerbang, hingga waktu menunggu, yang sepertinya begitu dramatis, seolah ini adalah sebuah kejadian yang tidak mungkin, dan merupakan anugerah terindah yang pernah mereka miliki. Sampai terucap, bahwa sampai mereka makan siang, mereka belum yakin bahwa peristiwa itu memang benar-benar terjadi. Kemudian juga bagaimana seorang Kompasioner yang diundang menuliskan bagaimana ekspresi seorang Kompasioner lain yang dikenal sangat memuja presiden kita yang berucap: jangan pingsan, jangan pingsan.

Ya, begitulah kondisinya. Maaf kalau harus menulis bahwa ekspresi dan tulisan-tulisan itu terasa lebay. Tapi jangan-jangan, hal itu menunjukkan bagaimana cara pandang para Kompasioner itu terhadap pihak yang mengundang. Jangan-jangan para Kompasioner itu memang sedang, maaf, setengah trance, juga ketika menuliskan tulisan-tulisan di Kompasiana yang seringkali terasa begitu berlebihan. Jangan-jangan memang mereka sudah kehilangan kemampuan untuk bersikap dan berpikir sewajarnya, sehingga semuanya memang harus dinilai dengan penilaian yang jauh dari proporsional.

Tapi tak apa, itu hak mereka, tapi juga hak orang lain untuk tidak setuju, bahkan merasa terganggu dengan cerita-cerita seperti itu. Apalagi, sampai hari ini tulisan-tulisan itu masih juga mengalir dan kemudian di TAkan oleh admin, sebagai sebuah tulisan yang wajib dibaca oleh para kompasioner lain.

[caption id="attachment_420654" align="aligncenter" width="406" caption="Wajib TA"][/caption]

Yang lucu adalah membaca dalam kolom komentar, antara seorang Kompasioner yang menjadi perantara pengundang dengan penulis, yang seolah-olah mereka sedang bertemu untuk pertama kali, sehingga harus mengucapkan kata 'selamat' atas undangan itu. Sungguh sebuah basa yang sangat basi sekali. Maaf untuk menuliskan demikian.

[caption id="attachment_420655" align="aligncenter" width="494" caption="Basa yang sangat basi!"]

14327106141990423101
14327106141990423101
[/caption]

Maka, kalau Pak Felix Tani menuliskan permohonannya agar para Kompasioner yang sedang bereuforia itu berhenti menuliskan reportase makan siang yang sungguh luar biasa bagi mereka itu, juga berhenti untuk menggunakan beberapa kata kesayangan untuk Kompasioner lainnya, hal itu adalah hal yang sangat wajar. Saya mungkin tidak sampai mengukur sejauh mana tingkat kemuakan kejenuhan saya membaca berita-berita tersebut sebagaimana Pak Felix Tani yang memang memiliki keahlian kuantitatif itu, tetapi rasanya, saat ini kalau ada lagi cerita tentang reportase makan siang itu, mungkin selera makan siang saya justru malahan hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun