Mohon tunggu...
Dora Samaria
Dora Samaria Mohon Tunggu... Lainnya - Ahli Kesehatan

Tertarik dengan kesehatan wanita, ibu, bayi, anak, dan remaja.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pilihan Persalinan untuk Plasenta: Lotus Birth atau Delay Cord Clamping?

1 Maret 2016   23:27 Diperbarui: 2 Maret 2016   19:13 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

[caption caption= "ilustrasi dari blogzonwanita.blogspot.com"][/caption]Persalinan merupakan salah satu tahap penting dan mendebarkan yang dinantikan oleh ibu hamil dan keluarga. Berbagai persiapan dilakukan untuk memfasilitasi proses tersebut agar ibu mampu berjuang dalam masa kritis itu. Salah satunya adalah dengan memilih metode persalinan. Telah banyak berkembang berbagai metode persalinan di dunia yang kini diadopsi di Indonesia. Trend mutakhir yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini adalah Lotus birth.

Lotus birth merupakan metode persalinan tanpa memotong tali pusat bayi baru lahir. Tali pusat tetap dibiarkan menyambung antara bayi dengan plasenta hingga akhirnya terlepas sendiri antara hari ke-6 hingga ke-10 pascapersalinan. Hal ini bertolak belakang dengan praktik umumnya di rumah sakit atau puskesmas, di mana tali pusat segera dijepit dan dipotong segera setelah plasenta lahir (early cord clamping). 

Early cord clamping (ECC) ini menjadi aktivitas rutin yang merupakan bagian dari manajemen aktif kala tiga persalinan. Dengan masih terhubungnya bayi dengan plasenta, diharapkan masih ada transfer darah yang berisi oksigen dan nutrisi dari plasenta ke bayi. Dengan begitu, proses adaptasi bayi dengan dunia di luar rahim tidak mendadak, melainkan terjadi bertahap.  

Pada lotus birth, plasenta yang masih terhubung dengan bayi akan disimpan dan diberi tempat yang bersih. Setiap 24 jam, plasenta diberikan serbuk garam dan minyak lavender agar cepat kering dan tidak berbau. Lotus birth tidak dapat dilakukan jika tali pusat pendek, bayi asfiksia berat, dan plasenta tidak kunjung lepas dari dinding rahim.

Lotus birth jarang dipraktikan di rumah sakit, tetapi umumnya di klinik atau rumah bersalin. Beberapa tempat di Indonesia yang sudah menerapkan lotus birth adalah Yayasan Bumi Bali Sehat di Ubud, Bali, dan Klinik Bidan Kita di Klaten. Lotus birth sering kali dihubungkan dengan tradisi dan praktik spiritual.

Di Bali, terdapat keyakinan bahwa tali pusat merupakan organ tubuh bayi yang apabila dipotong secara tiba-tiba dapat mengejutkan bayi secara fisik dan emosi. Lotus birth juga merupakan cara agar ibu dan bayi dapat  beristirahat bersama-sama, skin-to-skin contact, menyusui dan bonding attachment, sejak bayi bergerak. Sarah Buckley, seorang dokter dari Amerika, menyebutkan bahwa bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang dikenal sebagai tranfusi plasenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah, keping darah, dan bahan gizi lain, yang bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama. Hal tersebut menjadi keunggulan lotus birth.

Akan tetapi, belum ada penelitian yang dapat membuktikan keuntungan intervensi lotus bith (Pikser & Zaloff, 2009). Senada dengan itu, Hanel & Nadeem (2009) melakukan review mengenai kasus lotus birth. Mereka menyimpulkan dalam tulisan ilmiahnya bahwa metode lotus birth tidak diajarkan pada obstetri medis baik di tingkat sarjana maupun pascasarjana.

Sesungguhnya, riset ilmiah memang menjadi dasar penting untuk menerapkan metode baru dalam dunia klinis. Hal itu berkaitan erat dengan dampak buruk yang mungkin dialami pasien akibat penggunaan intervensi baru. Lotus birth sendiri mempunyai risiko infeksi yang cukup tinggi ditanggung oleh bayi karena ada risiko infeksi plasenta yang bisa menyebar ke bayi.

Plasenta sangat rentan infeksi karena mengandung darah. Plasenta sendiri kalau sudah dilahirkan, tidak lagi memiliki sirkulasi darah dan jaringan, yang pada dasarnya mati. Lagipula, perlu ada perhatian khusus karena transfer darah yang terlalu lama dapat menyebabkan bayi menjadi kuning akibat kadar bilirubin terlalu tinggi. Terlebih lagi bila terjadi kasus rhesus darah ibu bertentangan dengan bayi. Kondisi bayi dapat semakin bahaya karena semakin banyak darah ibu yang bercampur dengan bayi akibat tali pusat dibiarkan terlalu lama.

Terdapat metode lain di dalam persalinan yang mirip dengan metode lotus birth, namun sudah diakui pemanfaatannya yang aman melalui penelitian para ilmuwan. Metode persalinan yang dimaksud adalah penundaan penjepitan tali pusat (delayed cord clamping/DCC). Tidak seperti lotus birth yang tidak melakukan pemutusan tali pusat, metode ini menganjurkan penjepitan dan pemotongan tali pusat beberapa waktu setelah kelahiran plasenta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun