Mohon tunggu...
Nicholas Reyner Tjoegito
Nicholas Reyner Tjoegito Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An ordinary 16-year-old Universitas Pelita Harapan student. Graduate of SDS Melati Don Bosco, SMPK 4 PENABUR Jakarta(acceleration class), and SMAK 1 PENABUR Jakarta. Big fans of Glee TV show and Manchester United.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ciliwung Kita, Landmark Kita…

26 Mei 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:12 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_112217" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Bermain dan mandi di Sungai Ciliwung/Admin (Agus Susanto/KOMPAS)"][/caption]

Sungai adalah bagian penting bagi kehidupan masyarakat di sebuah kota sejak ribuan tahun yang lalu. Setidaknya demikianlah yang dicatat oleh sejarah. Sungai bukanlah sekedar air yang mengalir dari hulu ke hilir, dari pegunungan ke laut tetapi lebih dari sekedar itu sungai adalah urat nadi kehidupan masyarakat pada zaman apapun di lingkungan geografis apapun juga.

Dapatkah kita bayangkan berapa banyak orang yang memanfaatkan air sungai untuk melaksanakan berbagai kegiatan hidup mereka mulai dari yang kecil seperti mandi, mencuci pakaian, berekreasi, hingga kegiatan besar seperti memanfaatkan air sungai untuk sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air? Singkat kata, sungai adalah salah satu kekayaan alam yang patut dijaga oleh setiap insan demi kemakmuran kita semua.

Apakah kita, terutama sebagai warga Indonesia, sudah melakukannya? Untuk menjawabnya, kita bisa mengunjungi bantaran Sungai Ciliwung sebagai salah satu sungai terpenting di Jawa dan kita bisa memandang “kehebatan” kita sebagai manusia. Kita bisa melihat orang-orang mandi pada air yang telah tercemar dengan sampah. Pada bagian lain sungai kita bisa menyaksikan pembuangan limbah pabrik ke sungai tanpa proses penyaringan yang memadai. Bahkan, rumah salah satu walikota Jakarta adalah salah satu dari rumah-rumah itu.

Sebagai kesimpulannya, kepribadian suatu masyarakat tercermin dari kebersihan sungainya. Masyarakat yang tertib dan berbudaya menjaga kebersihan sungainya dan ini artinya bahwa kita bukanlah masyarakat yang tertib dan berbudaya, serta belum mampu menghargai kekayaan alam. Salah satu ciri-ciri masyarakat Indonesia menurut Mochtar Lubis yakni berpikiran pendek juga terlihat disini. Seandainya masyarakat mampu berpikir panjang pastilah bisa melihat betapa besar potensi dari sungai. Menjaga kebersihan sungai berarti mencegah banjir, menghasilkan potensi pariwisata, meningkatkan kemampuan produksi suatu perusahaan, dan lain sebagainya.

Kini adalah saatnya bagi kita untuk mulai mencari solusi untuk membersihkan Ciliwung sebagai awal keberhasilan membersihkan sungai lainnya. Pemerintah bisa memulainya hari ini juga. Sebagai langkah pertama, pemerintah DKI Jakarta dan Jawa Barat sebagai pemangku kepentingan utama harus duduk bersama dan berkoordinasi. Kedua pemerintah ini haruslah membentuk sebuah tim khusus yang bertujuan untuk mengehentikan kerusakan Ciliwung, dan lalu mengembalikan kebersihannya, katakanlah tim ini bernama tim Ciliwung dimana tim ini dapat menyelesaikan tugas dalam waktu 5 tahun.

Untuk mengakomodasi hal ini, tentunya divisi utama tim ini haruslah diisi oleh orang-orang kompeten dan tak lupa mengikutsertakan ahli dari mancanegara terutama negara yang terbukti mampu memecahkan masalah kekotoran sungai, sebagai contohnya adalah Inggris yang berhasil mentransformasi Thames dari lautan sampah menjadi sungai indah yang bahkan bisa dihuni oleh salmon. Tak lupa pakar psikologis harus diikutsertakan Komposisi anggota lokal dan asing ada baiknya 70:30 sampai 50:50 dengan jumlah anggota divisi utama 15-20 orang.

Ciliwung adalah sungai sepanjang lebih dari100 km. Tentunya sungai ini melintasi berbagai kebudayaan, tingkat ekonomi, dan ras yang berbeda. Kerusakan sungai Ciliwung di sepanjang daerah itu berbeda-beda bergantung pada kondisi daerah masing-masing. Sebagai contohnya kerusakan sungai di daerah Puncak disebabkan pembangunan villa di bantaran sungai. Di daerah pinggiran Jakarta, justru disebabkan oleh pembuangan sampah terutama sampah rumah tangga secara sembarangan. Di daerah lain, disebabkan oleh pembangunan pabrik di bantaran sungai. Divisi utama ini tidak bisa bekerja sendirian dan menetapkan kebijakan yang sama untuk menyelesaikan masalah ini karena akar permasalahan di setiap daerah berbeda sehingga pendekatan yang digunakanpun harus berbeda. Divisi utama ini bisa membentuk divisi daerah yang menangani masalah banjir di daerah masing-masing yang mencakup 5-10km dengan akar masalah dan kebudayaan yang sama.

Selanjutnya, haruslah diciptakan pembagian tugas yang jelas antara divisi utama dengan daerah. Tugas pertama divisi utama ialah menentukan kebijakan secara garis besar maupun kebijakan yang wajib pada setiap daera seperti berupa kebijakan yang mengharuskan penyaringan air sungai setiap periode tertentu di setiap daerah. Tugas kedua divisi utama adalah melaksanakan riset teknologi pembersihan sungai secara berkala dimana diharapakan teknologi dapat membantu selain diperlukan perubahan sikap masyarakat. Tugas ketiga mereka adalah menentukan target bagi tiap-tiap divisi daerah. Target ini harulah konkrit, artinya tidak hanya jangka panjang tetapi juga jangka pendek. Seperti misalnya, tingkat pencemaran di divisi A turun 90% dalam waktu 4 tahun, 20% dalam 1 tahun, serta 1,6% dalam 1 bulan. Tugas terkahir adalah mengawasi tugas tim daerah.

Divisi daerah ini berisi putra-putri daerah setempat yang selain mengerti cara membersihkan sungai juga harus mengerti kebudayaan dan akar masalah setempat. Mereka Divisi daerah ini memaparkan kondisi daerah setempat, melakukan konsultasi dengan divisi utama yang membantu memberikan solusi serta kemudian melaporkan hasil tugasnya setiap 1 bulan.

Divisi utama melaporkan kinerja tim daerah setiap 1 bulan kepada masyarkat dan juga setiap 1 tahun. Divisi daerah yang berhasil memenuhi target akan mendapat insentif serta yang gagal mendapat pemotongan gaji, mirip dengan sistem yang digunakan perusahan-perusahaan besar.

Apabil tim ini berhasil menjalankan tugas dengan baik, maka serangkaian efek positif akan timbul. Pertama, masyarkat yang berbudaya tercipta. Selanjutnya, kepribadian masyarakat yang baru akan tercipta dimana pada akhirnya masyarakat mampu menghargai alam. Lalu, banjir dapat diusir dari daerah masinh-masing sehingga mendorong perkonomian secara tidak langsung. Kebersihan Ciliwungpun mampu menjadikan Ciliwung sebagai landmark Indonesia seperti layaknya Sungai Thames di Inggris.Marilah kita memulainya hari ini juga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun