Mohon tunggu...
Anomaly of Rain
Anomaly of Rain Mohon Tunggu... Penulis - Kadang suka nulis, kadang suka baca, kadang-kadang.

Saya menyukai fotografi, editing, menulis, jalan-jalan, dan bercerita dengan orang-orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sedikit tentang Buya Hamka

26 April 2023   21:00 Diperbarui: 26 April 2023   20:59 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buya Hamka, atau nama aslinya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah seorang ulama, penulis, dan aktivis Indonesia yang sangat dihormati. Namun, sebelum menjadi tokoh besar seperti sekarang, Buya Hamka memiliki masa kecil yang penuh dengan perjuangan dan pengalaman yang membentuk pribadinya.

Buya Hamka lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Sungai Batang, Minangkabau. Ayahnya bernama Abdul Karim Amrullah, yang juga merupakan seorang ulama terkemuka di Minangkabau, sedangkan ibunya bernama Sitti Shafiyah. Buya Hamka adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Sejak kecil, Buya Hamka sudah menunjukkan bakat dan minat yang besar dalam hal agama dan sastra.

Masa kecil Buya Hamka sangatlah sederhana. Ayahnya adalah seorang guru agama yang hidup sederhana, namun Buya Hamka tidak pernah merasa kekurangan dalam hal kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. Sejak kecil, Buya Hamka belajar agama Islam dari ayahnya dan belajar membaca Al-Quran di sekolah agama setempat. Ia juga sangat tertarik pada sastra, dan sering membaca buku-buku sastra di toko buku setempat.

Namun, kehidupan Buya Hamka tidak selalu mudah. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih berusia 12 tahun, dan keluarganya mengalami kesulitan ekonomi yang besar. Untuk membantu keluarganya, Buya Hamka mulai mencari pekerjaan sambil tetap mengejar pendidikan agamanya. Ia bekerja sebagai pelayan di kedai kopi dan sebagai guru agama di sekolah-sekolah setempat.

Meskipun hidup dalam keadaan yang sulit, Buya Hamka tidak pernah kehilangan semangat untuk terus belajar dan mengejar cita-citanya. Ia melanjutkan pendidikan agamanya di pesantren setempat dan berhasil menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah rakyat pada usia 16 tahun.

Pada usia 18 tahun, Buya Hamka pindah ke Padang Panjang untuk melanjutkan studinya di Sekolah Guru Agama. Di sana, ia belajar dari guru-guru terkemuka seperti Haji Muhd. Yasin dan Haji Muhammad Sjafei. Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Guru Agama, Buya Hamka melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar tentang bahasa Arab, agama Islam, dan sastra.

Masa kecil Buya Hamka yang sederhana dan penuh perjuangan sangatlah berpengaruh dalam membentuk kepribadiannya yang tangguh dan penuh semangat. Pengalaman hidupnya yang sulit memberinya kekuatan untuk terus belajar dan berkarya, serta menjadikannya salah satu tokoh terkemuka dalam dunia keagamaan dan sastra di Indonesia. Semoga informasi ini dapat memberikan gambaran yang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun