Mohon tunggu...
Dony Septriana Rosady
Dony Septriana Rosady Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen

Medical Doctor - Political Scientist - Business Practitioner - Social Engineer\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bandung : Sejarah Olah Raga di Parijs Van Java

18 Juli 2013   17:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:21 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara geografis, memang Kota Bandung berada pada wilayah dataran tinggi. Karena posisinya yang berada di dataran tinggi, sudah sejak dahulu kota bandung berhawa dingin. Sudah sejak dahulu kota bandung dikenal sebagai kota olah raga, terutama olahraga sepak bola yang begitu populer di masyarakat baik masyarakat pribumi maupun masyarakat golongan Eropa. Sekitar tahun 1940, saat itu dibentuk semacam badan organisasi olahraga sepak bola. Badan tersebut diberi nama Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO - Perkumpulan sepak bola Bandung dan sekitarnya). Di dalam badan tersebut setidaknya ada sembilan perkumpulan sepakbola yang menjadi angggotanya. Dari kesembilan perkumpulan tersebut terdapat satu perkumpulan yang cukup menonjol dan populer yaitu UNI (Uitspanning Na Inspanning - beristirahat/bersenang-senang sesudah bekerja keras). UNI dibentuk sekitar tahun 1903 di bandung. Perkumpulan yang tidak kalah populer adalah SIDOLIG yang memiliki kepanjangan Sport In De Open Luch Is Gezond (Olahraga di udara terbuka itu sehat).

Militer sebagai salah satu komponen pemerintahan saat itu pun tidak mau kalah. Mereka memiliki perkumpulan sepak bola tersendiri yang dinamakan Sparta dan Velocitas. Akibat banyaknya perkumpulan sepak bola yang menjamur saat itu maka beberapa turnamen dan pertandingan diselenggarakan di kota bandung dan juga beberapa kota lain di Indonesia. Pertandingan yang tercatat pertama kali diselenggarakan di kota Bandung sekitar tahun 1918, bertempat di lapangan sepak bola sementara yang berada di alun-alun. Saat itu dibangun tribun kecil khusus untuk memfasilitasi pertandingan sepak bola tersebut.

Setelah euforia sepakbola menjamur di masyarakat, kemudian didirikanlah sebuah pusat olahraga di Nieuw Houtrust, di simpang lima (orang Bandung lebih familiar dengan "parapatan lima") di Jl. Papandayan dan kemduian di tahun 1925 dijadikan milik UNI (saat ini dikenal dengan lapangan UNI). Sedangkan perkumpulan SIDOLIG mendapatkan lapangan yang dapat dibilang lebih modern dan perlengkapannya jauh lebih baik di bagian timur yang saat ini menjadi stadion Persib di Jl. Ahmad Yani.

Selain sepak bola, olahraga yang memiliki sejarah di kota bandung adalah olah raga tenis. Dahulu olahraga tenis ini awalnya hanya terbatas pada warga golongan Eropa, namun beberapa tahun kemudian golongan Tionghoa dan juga pribumi turut serta bermain dan mengembangkan olahraga tenis di kota bandung. Di kota bandung sendiri saat itu dibentuk banyak perkumpulan dan badan swasta yang menyelenggarakan kegiatan di bidang olah raga tenis. Bandoengsche Tennis Club memiliki lapangan dan rumah klub di Molukkenpark di Jalan Ambon (saat ini disebut Taman Maluku dan penulis sempat beberapa kali latihan dan bermain di lapangan tersebut).

Olahraga yang tidak kalah berkembang saat itu adalah olahraga hoki, bola keranjang/basket, atletik, dan juga renang. Tentu saja dibangun tidak kurang dari tujuh kolam renang di kota bandung. Yang paling banyak diminati adalah Cihampelas di Jl.Cihampelas dan Centrum (saat ini sudah dihancurkan oleh pemerintah kota bandung dan diganti dengan bangunan modern) di Jl.Belitong sebelah HBS (saat ini menjadi gedung sekolah penulis dahulu SMA Negeri 5 Bandung dan SMA Negeri 3 Bandung). Disamping itu bagi warga penggemar olahraga jalan santai dapat mengikuti gerak jalan yang telah terorganisir dengan baik. Puncaknya diselenggarakan Bandoengse Vierdaagse tiap tahunnya. Sedangkan untuk olahraga eksklusif, di Kota Bandung pun sudah dibentuk berbagai perkumpulan. Ada Perkumpulan Criket-en Golf, perkumpulan penunggang kuda dan perkumpulan olahraga terbang di Andir. Sekian pemaparan penulis, semoga penjelasan singkat ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

Referensi :

Robert PGA Voskuil, 1996, Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun