Akhir-akhir ini mencuat berita perihal buku merah yang memenuhi media baik daring maupun cetak. Permasalahan buku merah ini merujuk kembali pada kasus satu tahun yang lalu. Buku merah adalah buku milik staf keuangan Basuki Hariman bernama Kumala Dewi adalah sebagai salah satu barang yang diperiksa oleh KPK tentang penyuapan mantan hakim MK Patrialis Akbar oleh Basuki Hariman terkait skandal korupsi impor daging sapi.Â
Petisi ajakan untuk menangkap Roland dan Harun yang ICW sodorkan adalah bentuk kesadaran dari ICW bahwa investigasi Indonesialeaks belum cukup kuat validitasnya karena hanya berasal dari dugaan perobekan buku merah Kumala Dewi dan terekam oleh CCTV. Tapi pada kenyataannya bukti tersebut tak pernah dibeberkan, dan hanya berujung saling klaim, bahwa mereka memiliki bukti yang valid. Ini yang mendasari lemahnya IndonesiaLeaks, sebab logika yang dibangunnya tidak cukup kuat, apalagi untuk bisa menyasar orang nomor satu di tubuh Kepolisian.
Merasa bukti yang mereka paparkan belum kuat, maka IndonesiaLeaks memperkuatnya dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Kumala Dewi. Tetapi, ini pun masih lemah, karena BAP tersebut hanya berdasarkan satu orang saksi. Perlu kita ketahui juga, BAP hanyalah pencatatan kesaksian yang belum tentu valid, karena belum melalui tahap verifikasi.
Gugup karena sadar lemahnya kekuatan bukti yang mereka miliki, Indonesialeaks bersama ICW mengalang kekuatan masa, bermodal simpati publik dengan cara mendorong petisi. Mengganti strategi dengan jalan mencari target yang lebih kecil, sebab bukti tidak cukup kuat validasinya jika ingin menumbangkan Jenderal Polri secara langsung.
Banyaknya pihak yang sadar akan kelemahan pondasi bukti yang disodorkan oleh Indonesialeaks dan petisi ICW, bahkan tidak sedikit juga yang melabelinya dengan 'hoax' Petisi kedua muncul lewat dukungan politik dan publik ke Kapolri. BAP Kumala Dewi yang menjadi bukti tambahan pun hanya berupa keterangan satu orang saksi serta belum melewati tahap verifikasi, jelas masih timpang.
Petisi Pecinta NKRI secara umum menyerang Kelemahan Dokumen yang dijadikan Pondasi Dugaan Aliran Dana Korupsi Impor Daging pada Kapolri. Petisi ini secara khusus mempertanyakan kenapa Bambang Widjojanto begitu cepat bergerak menuding Kapolri hanya didasarkan pada Indonesia Leaks, Dugaan Perobekan Buku Merah dan BAP Kumala Dewi. Selain itu, Petisi Pecinta NKRI juga mengurai soal Tingginya Dukungan Politik pada Kapolri dalam melawan Indonesia Leaks yang berpondasi lemah.
 Petisi Masyarakat Pecinta NKRI ini juga secara tegas mempertanyakan kredibilitas laporan investigasi dari Indonesialeaks. Juga mempertanyakan sikap Bambang yang dianggap gegabah dalam mengambil sikap, langsung percaya dengan informasi yang disodorkan oleh Indonesialeaks, tanpa diverifikasi ulang dan diuji kebenarannya. Jadi wajar saja, banyak pihak yang mencurigai bahwa Bambang Wijayanto lah sosok dibalik laporan investigasi IndonesiaLeaks tersebut. Apalagi, Bambang dikenal sebagai salah satu senior di YLBHI dan tentu saja memiliki beberapa "junior" di IndonesiaLeaks yang juga diisi oleh orang - orang dari YLBHI. Petisi Masyarakat Cinta NKRI menyayang sikap beberapa pihak yang hanya bermodalkan data dari Indonesialeaks lalu melempar bola panas kesana-kemari. Harusnya mereka lebih bijak dalam menyikapi isu yang digulirkan tersebut.