Sumber gambar:www.cafeilmu.com
Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan dan jalan pekerjaan inilah yang saya pilih. Menjadi guru memang tak mudah namun itulah cita-cita saya semenjak kecil karena terinsiprasi oleh guru-guru saya semasa SD. Bayangan saya sewaktu masih sekolah SDÂ menjadi guru sangat menyenangkan. Murid mudah diarahkan oleh guru, mereka duduk dengan rapi dan juga mengerjakan semua tugas yang diberikan.
Ketika sekarang menjadi guru sesungguhnya di SMA ternyata jauh dari angan-angan saya. Siswa SMA adalah masa pubertas dan masa pertumbuhan sehingga banyak hal nyeleneh dan aneh-aneh yang dilakukan untuk berbagai tujuan. Beberapa siswa yang pernah saya ajak mengobrol mereka berlaku seperti itu karena kurang perhatian dari orangtua, karena ingin eksis dimata teman-temannya ada juga yang memang hanya untuk adu kejantanan.
Awal saya mengajar menjadi guru memang cukup menyita emosi, pasalnya banyak hal nyleneh yang menurut saya tidak pas. Hingga pada akhirnya berifikir, jika terus emosi sampai pensiun bisa jadi memperpendek umur karena setiap hari harus marah-marah melihat tingkah mereka yang beraneka ragam dan cukup menjengkelkan.
Hingga seiring berjalannya waktu, beberapa hal saya temukan cara untuk menghadapi anak yang "nakal" tanpa harus menyita emosi dan mereka pun juga jera untuk melakukan perbuatan yang tidak pas. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak yang nakal diantarnya:
1. Sentuh Hatinya
Menyentuh hati anak memang tidak mudah, tetapi jika kita telaten pasti bisa. Caranya ajak bicara pada saat hati mereka senang, ketika sudah ada kedekatan emosional terus gali informasi untuk mencari penyebab kenakalannya. Sehingga ditemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Misal, jika dia nakal karena kurang perhatian maka berilah perhatian lebih sehingga dia merasa diakui dan mendapatkan kasih kasih sayang.
2. Ajaklah berfikir
Kadang seorang anak berbuat sesuatu yang negatif karena ketidakmampuannya untuk berfikir. Apa yang dia dapatkan hanya bersifat informasi sehingga tidak akan merubah sikapnya. Dengan melatihnya untuk berfikir maka seorang anak akan terbiasa untuk berfikir dampak positif maupun negatif akibat perbuatannya.
3. Sepakati konsekuensi
Pahamkan anak mengenai konsekuensi, dan konsekuensi bukanlah hukuman buat si anak. Konsekuensi adalah hal yang harus dilakukan ketika melanggar kesepakatan. Jika si anak sudah memahami ini maka dia akan berfikir untuk menjaga kesepakatan. Saat memberikan konsekuensi usahakan yang sifatnya mendidik dan jangan bersifat fisik yang membahayakan, semua harus dipertimbangkan dengan kemampuan anak.