Menjadi penulis adalah proses panjang dengan penuh tantangan. Dimulai dari membiasakan menulis, berpikir keras menggali ide hingga menuangkannya dalam sebuah tulisan yang enak dinikmati oleh para pembacanya. Setelah berhasil menjadi penulis bukan berarti tantangan berhenti begitu saja justru kadang lebih besar tantangannya. Hal itu senada dengan peribahasa makin tinggi pohon makin besar anginnya.
Tantangan terbesar dalam penulisan adalah membunuh kejenuhan. Kejenuhan dengan mudah menghinggapi para penulis karena memang menulis seolah kegiatan tanpa ujung yang setiap hari dilakukan dalam proses bertahun-tahun. Kejenuhan ini wajar karena setiap hari harus memeras ide demi menyajikan tulisan yang berkualitas dan enak dinikmati.
Tantangan berikutnya adalah semangat menulis, biasanya orang akan semangat menulis ketika tulisannya banyak dibaca oleh orang, ketika diposting pun akan banyak dikunjungi dan dikomentari oleh para pengunjung. Dengan banyak pengunjung seolah sudah seperti ahlinya ahli yang setiap tulisannya selalu dikunjungi dan dibaca.
Sebaliknya jika tulisan minim pengunjung seolah melihat jurang dari sebuah tebing yang tinggi dan seolah ingin segera melompat. Analogi ini rasanya berlebihan tetapi jika menulis tidak ada pengunjungnya seolah hal itu ingin dilakukan dan menyudahi aktivitas menulis. Tetapi jika kembali melihat perjuangan menulis yang panjang rasanya hal itu disayangkan.
Setiap peristiwa dalam hidup sebenarnya memiliki 2 sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Belajar dari tulisan yang tidak laku sebenarnya ada beberapa hal yang dapat diambil hikmahnya yaitu;
Pertama, Sebagai bahan introspeksi. Tulisan yang sepi pengunjung dapat dijadikan bahan introspeksi diri. Apakah tulisan yang ditulis tidak menari, judulnya kurang wow, temanya kurang aktual atau memang tata bahasa yang dituliskan kurang menarik dan sulit untuk dipahami. Hal penting  yang dapat dijadikan untuk memancing pengunjung adalah judul. Karena dari judul itulah orang akan menentukan akan membaca atau tidak. Jika judul yang diberikan menarik maka orang akan terpancing untuk membacanya.
Kedua, Sebagai bahan belajar. Ketika menulis belum menarik maka yang perlu dilakukan adalah belajar dan terus belajar. Dari belajar itu bisa meningkatkan kemampuan dalam menulis. Belajar dalam menulis dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan literasi. Kegiatan literasi adalah salah satu penunjang penting dalam menulis. Melalui banyak melakukan kegiatan literasai maka akan semakin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menulis.
Ketiga, sebagai pemacu semangat. Ketika tulisan sedang tidak laku, maka penulis harus pandai memainkan hati dan mengubah afirmasi negatif menjadi afirmasi positif sehingga semangat menulis akan kembali muncul. Buat afirmasi sederhana "tulisanku hari esok harus lebih baik". Dengan afirmasi ini alam bawah sadar akan memproses informasi menjadi hal yang positif yaitu hari esok lebih baik.
Dalam menulis memerlukan menejemen diri yang baik sehingga kendala yang dialami dapat teratasi dan dapat terhindar dari writers block. Semangat menulis dan mari terus menginspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H