Mohon tunggu...
Dony Kusuma Ariwibawa
Dony Kusuma Ariwibawa Mohon Tunggu... -

penyuka kopi dan suka bermain dengan layar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengalahkan batasan

15 Juni 2014   03:00 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14027507572097130721

[caption id="attachment_311122" align="aligncenter" width="334" caption="sumber : batasanku.com"][/caption]

Batasan adalah masalah pendapat, ini nukilan sebuah baris kata Mario teguh saat mengkondisikan energi pikiran pada ribuan pengguna social media kala itu. Batasan ini menjadi anggapan tentang penilaian orang terhadap kita, sugesti pikiran terhadap gerak motorik tubuh dan cara berfikir jernih. Berbuat, berbicara, dan berlaku semua mempunyai batasan. Masalahnya, batasan semacam apa yang akan mengancam sosok seorang yang hidup berkelakar mencari kebahagiaan?

Batasan akan menjadi kelemahan yang sangat pelik. Keadaan yang terhimpit membuat seseorang tak bisa berkarya, tak leluasa mengembangkan potensi yang ia miliki. Seluruh potensinya mati rapuh, tertutup kelambu “mental blok” yang semakin hari semakin membuat orang stag, mati tergilas waktu.

Batasan tercipta dari keadaan sejak lahir oleh orang di sekitar layaknya miskin, tekanan batin, kekerasan, dan lainya. Batasan juga lahir dari seringnya menimbun pikiran negatif dan kekhawatiran. Semua mengerak dan membusuk kemudian mengalir ke ujungjemari melalui saluran pembuluh halus. Pekat dan hitam menyelimuti cara memandang sebuah masalah yang harus dihadapi.

Itulah yang menjadi batasan sosok manusia untuk berkelakar mencari kebahagiaan.

Namun coba kita balik dan renungkan lagi, batasan sebenarnya dapat berputar menjadi sebuah energi dahsyat. Titik-titik batas yang membelenggu manusia diramu atas dasar keahlian otak melerai pangkal masalah. Terejawantahkan tubuh melakukan keadaan berguna dan berkarya. Otak manusia dibuat dengan seksama oleh Tuhan sehingga mampu membongkar kotak masalah yang ada. Masalah itu diiris menjadi jalan keluar atas segala keresahan.

Mari kita lihat batasan waktu, batasan yang terus bergerak saat kita berhenti, batasan yang tak kenal jabatan saat harus tunduk sesaat. Batasan ini menjadi momok tersendiri bagi manusia, bagimana tidak, “deadline” menjadi garis mati saat semua hal harus tepat sesuai perintah, tepat pada waktunya.

Positifnya, batasan waktu ini menjadi kekuatan alamiah menyelesaikan masalah dengan cepat dan tangkas. Ketika seseorang terhimpit waktu, tiba-tiba sosok yang lamban bisa menjadi cekatan dalam mengubah sebuah perintah menjadi karya. Hal ini masih sering terjadi disekeliling kita, mereka biasa menyebutnya “the power of kepepet”.

Keadaan lain adalah tingkat sosial, batasan sosial semacam ini menjadikan beberapa orang mampu menghasilkan energy yang sangat dahsyat. Energi tak terbatas membuat manusia mampu melampaui mimpi yang pernah terukir dipeluh-peluh perjuangan. Energi itu bernama tekad.

Tekad ini yang menjadikan seorang anak tukang becak meraih gelar terbaik wisudanya, seorang pemulung menjadi sarjana, seorang guru mendidik siswa menjadi sineas di pinggiran kota, seorang guru honorer tak lelah berjualan susu dan mengojek demi hidup sejahtera. Semua itu dilakukan dengan melawan batasan, mengalahkan batasan menjadi peluh-peluh kerja keras.

Dari semua batasan yang menghadang, kita hanya perlu menjadikan kelemahan sebagai kekuatan kita. Menegaskan kekuatan yang kita miliki sebagai semangat juang menuju kebahagiaan abadi. Maka kita telah mengalahkan batasan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun