Mohon tunggu...
doni hermawan
doni hermawan Mohon Tunggu... lainnya -

pria 24 tahun yang hobi tentang hal-hal yang berbau musik, olahraga, berpetualang,terutama menulis, serta fotografi yang sedang coba dipelajari lebih intens. Saat ini tengah berjuang menyelesaikan s1nya di ekstensi Ilmu Komunikasi FISIP USU. Hari-hari diisi dengan menulis dan terus menulis. Karena baginya menulis adalah bercerita kepada siapapun yang membaca tulisannya. Impiannya adalah bisa berkeliling dunia dengan tulisan-tulisannya. Salah satunya meliput piala dunia secara langsung. Walaupun itu masih sekedar mimpi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Hari Ini Aku Melihat Indonesia yang Optimis

19 Desember 2010   17:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Aku punya teman yang selalu pesimis jika ditanya tentang timnas sepakbola Indonesia. "Her (sebut saja namanya begitu), hari ini Indonesia main loh. Nonton dimana kita?," tanyaku kepadanya dulu.
"Hmm. malesnya nonton Indonesia. Paling kalahnya itu. Udah main bolanya ntah cemana-mana. Malas ah," jawab temenku tadi. Jawaban itu hampir selalu kudengar setiap kali diajak menonton pertandingan tim merah putih di layar kaca. Paling tidak jawabannya tidak jauh dari kata malas dan pesimis. Dan aku paham untuk tidak lagi menanyakan hal itu kepadanya.
Tapi hari ini, dalam acara nonton bareng di salah satu restoran siap saji, diantara teriakan-teriakan dukungan kepada merah putih yang bertarung dengan Filipina di leg kedua semifinal AFF, aku mendengar suara teman yang pesimis itu. Indonesia...Indonesia....begitulah teriakan temanku itu. Bahkan tak jarang ia ikut mengkoordinir pengunjung lain untuk meneriakkan yel-yel Indonesia. Tak lupa atribut merah putih dikenakannya lewat kaos dan syal.
Tentu aku heran, kenapa temen yang biasanya enggan menonton timnas bertanding, malah seakan menjadi barisan terdepan fans yang siap mati untuk Indonesia. Ah, sudahlah, pikiran tadi sejenak aku singkirkan demi berkonsentrasi melihat aksi anak asuh Alfred Riedl di layar lebar berukuran 4x6 itu.
Di layar terpampang wajah-wajah pemain merah putih saat menyanyikan lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya. Satu persatu pemain di close up. Ada rasa keyakinan sangat tinggi terpancar di wajah mereka. "Kami pasti menang", begitulah kira-kira yang ada dalam benak mereka.
Rasa optimis itu terus berlanjut saat laga berjalan. Tak sedikitpun terlihat merah putih bakal keok dari bongsornya postur para pemain naturalisasi Filipina. Aku melihat bagaimana kepala para pemain merah putih tegak saat berjalan di lapangan. Tak seperti biasanya yang kerap tertunduk lesu saat papan skor menunjukkan kenyataan pahit.
Dan optimisme semakin membuncah ketika El Locco dengan kejam menghujamkan bola ke sudut kanan gawang kiper ketiga klub Liga Inggris, Fulham itu. Saat wasit meniup peluit panjang, saya yakin seluruh Indonesia bersuka cita untuk tiket final keempat Garuda sepanjang perhelatan AFF.
Usai laga, beberapa pengunjung diwawancarai salah satu media televisi nasional yang meliput gelaran nobar tadi. Pertanyaan tentu tak jauh dari kemenangan Indonesia dan prediksi laga final yang mempertemukan Indonesia dengan Malaysia.
Dan optimisme itu kembali terlihat dari jawaban mereka. "Luar biasa Indonesiaku. Malaysia pasti kita ganyang di final....Indonesia memang perkasa," begitu teriakan mereka. Tak satupun nada pesimis terlontar dari mulut mereka.
Seketika rasa heranku atas tingkah teman tadi pun hilang. Aku mulai paham kenapa dia bisa berubah sedemikian drastis. Dan mungkin perubahan itu tidak hanya terjadi kepada dirinya. Namun juga jutaan masyarakat negeri ini lainnya yang semula pesimis dengan prestasi sepakbola tim nasionalnya.
Esok-esok aku yakin, tak akan ada lagi jawaban pesimis dari teman tadi. Karena hari ini aku melihat Indonesia yang optimis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun