Ahmad. Dalam benak kita langsung tergambar profil laki-laki muslim. Sama sekali tidak terbayang bahwa nama ini bakal menjadi merek sebuah mobil listrik yang akan diluncurkan beberapa waktu lagi. Adalah Dahlan Iskan sang menteri BUMN yang memperkenalkan e-car yang diproduksi oleh Dasep Ahmadi ini. Mobil ini akan menjadi mobil yang 100% menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya. Aspek jarak jelajah adalah merupakan faktor terpenting dari suksesnya pengembangan mobil yang 100% bersandar pada tenaga listrik. Tentunya kita tidak ingin menggunakan mobil listrik yang lalu kehabisan energi saat menggunakannya. Saat ini, karena memang mobil listriknya belum ada maka belum ada juga fasilitas umum untuk mengisi ulang baterenya (pom listrik). Masalahnya mobil listrik ini tidak bisa di charge di sembarang tempat. Tentu perlu konektor khusus yang aman dan reliable. Selain itu diperlukan sekitar 6-8 jam untuk mencharge batere dari kondisi kosong ke full charge. Tentu sulit untuk membuat pompa bensin listrik jika memerlukan waktu sebanyak ini untuk charging mobil. Tentu masih banyak faktor lain yang mempengaruhi berapa jauh kendaraan itu bisa digunakan. Selain dari spesifikasi teknis kendaraan seperti kapasitas baterai, dinamo, drag (hambatan angin) coefficient, tyre drag, dll, faktor penggunaan kendaraan juga berpengaruh pada jarak jelajah. Misalnya saja kemiringan jelajah, akselerasi/deselerasi, kecepatan yang digunakan, drag (hambatan angin), jumlah penumpang kendaraan, dll. Dalam beberapa media, termasuk blog milik Dasep Ahmadi sendiri, rancangan mobil listrik ini akan mempunyai jarak jelajah (range) 140 km. Jarak ini cukup lumayan sebenarnya tapi dalam kondisi real life, dalam kemacetan, perlunya akselerasi-deselerasi, dan penggunaan AC untuk mengurangi panas dalam kabin, sangat mungkin jarak yang bisa ditempuh akan sangat menurun. Nissan Leaf, salah satu mobil 100% listrik yang sudah diproduksi masal. Jelajahnya antara sekitar 100 – 220 km dalam satu full charge. Dengan jarak jelajah semacam ini mungkin sudah cukup untuk dapat mengandalkan kendaraan ini untuk keperluan sehari-hari (city car). Untuk perjalanan luar kota yang banyak tanjakannya mungkin masih belum cocok untuk digunakan. Terakhir adalah aspek harga. Nissan Leaf, sedan kompak dengan kapasitas tempat duduk 4-5 orang, dijual di Inggris seharga £25000, lebih dua kali lipat dari harga yang ditawarkan untuk sedan sekelas yang bertenaga bensin. Menarik untuk mengetahui berapa harga yang akan ditawarkan untuk satu mobil merek ‘Ahmad’ kelak. Salah satu poin penting yang ditawarkan sebagai faktir lebih dari Nissan Leaf di Inggris adalah faktor harga. Dengan memanfaatkan tarif listrik murah pada waktu-waktu tertentu (di Inggris ada pilihan untuk berlangganan listrik dengan tarif yang berbeda di pagi, siang, malam, dan dini hari), diklaim bahwa dengan kendaraan listrik penghematan energi dan operating cost akan luar biasa. Misalnya saja, dengan Nissan Leaf cukup diperlukan biaya £1,91 per 109 miles range, atau setara dengan £1,09 (Rp. 15.900) per 100 kilometer jarak tempuh. Bandingkan saja dengan kendaraan serupa berbahan bakar bensin yang membutuhkan 5,4 liter bensin (atau Rp. 24,300) per 100 km-nya. Jika dihitung dengan harga bensin di Inggris yang sebesar £1,30 per liter maka ongkos per 100 km mobil bensin setara dengan Rp 102 ribu. Saya yakin untuk urusan teknologi akan sangat mudah untuk meningkatkan prospek penggunaan mobil listrik ini. Yang sulit adalah memulainya. Perlu orang-orang ‘gila’ yang konsekuen (dengan ke’gila’annya) dan didukung oleh orang-orang semacam pak Dahlan Iskan untuk bisa membuat sebuah mimpi menjadi kenyataan. *foto Ahmad e-car diambil dari www.dasep-ahmadi.com/ *foto Nissan Leaf dan Car charger diambil di halaman parkir Teesside University, Middlesbrough, UK
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H