Mohon tunggu...
Dono Widiatmoko
Dono Widiatmoko Mohon Tunggu... profesional -

Sekedar numpang hidup di dunia fana ini.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sinagog dan Yahudi di Manchester

4 Mei 2013   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:07 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu lalu saya mengantar dua tokoh Islam Indonesia, Dr Adian Husaini dan Dr Hamid Fahmi Zarkasy, jalan-jalan ke beberapa lokasi menarik di Manchester. Tempat-tempat yang kami tuju antaranya adalah Masjid Didsburry yang semula adalah bekas gereja, John Rylands library di University of Manchester, dan Manchester Jewish Museum di kawasan Cheetham Hill. Semuanya menarik untuk diceritakan, tapi yang paling menarik adalah kunjungan kami pagi itu ke Manchester Jewish Museum. Museum itu sebenarnya dulu didirikan sebagai sinagog, tempat kaum Yahudi beribadah. Rupanya kawasan itu dulunya adalah kawasan tempat kaum Yahudi bermukim. Mereka ini adalah kaum Yahudi yang semula tinggal di Jerman (pra-Hitler), Rusia, Eropa Timur, dan Spanyol. Sedikit demi sedikit populasi kaum Yahudi yang meningkat membutuhkan tempat sarana peribadahan, sehingga dibangunlah sinagog ini. Sejalan dengan berjalannya waktu, banyak kaum Yahudi di kawasan itu yang kemudian menjadi cukup berada dan kemudian memutuskan pindah ke kawasan lain, atau mungkin migrasi Zionis ke Palestina sana. Settingnya hampir mirip seperti gereja menurut saya, dengan desain bangunan bertingkat yang tengahnya 'void' dari bawah ke atas.  Di bagian tengah ruangan, ada semacam panggung yang disebut 'Bimah' dimana disana rabbi Yahudi akan membaca kitab Tanakh dalam kegiatan ritualnya. Di bagian depan, yang jika di gereja biasanya menjadi altar, dan di masjid adalah tempat imam berkhutbah, dalam sinagog tempat itu adalah tempat penyimpanan lembaran kitab Taurah. Bagian depan Sinagog ini juga harus merupakan tempat yang paling dekat dengan Yerusalem. Dengan kata lain, umumnya bangunan sinagog dibangun dengan mengarah pada kota suci Yerusalem. Di dalam Sinagog diletakkan kursi yang mengelilingi ruangan utamanya. Lucunya, kebiasaan di sinagog umumnya adalah bahwa di setiap kursi itu sudah ada nama bagi yang boleh duduk di situ. Semakin banyak uang iurannya semakin bagus pula lokasi duduknya di Sinagog. Di bagian lain juga ada kursi khusus untuk tempat khitan bagi anak laki-laki Yahudi. Kursinya dibuat tinggi dengan tempat pijakan dengkul khusus untuk Rabbi yang mengkhitannya. Kaum Yahudi melakukan ibadahnya tiga kali sehari. Jika mereka melakukannya bersama-sama dengan jumlah minimum 10 orang di Sinagog, itu namanya Minyan. Semacam shalat berjamaah mungkin kalau di Islam. Sayang Sinagog itu sudah lama tidak digunakan dan hanya dijadikan museum, jadi kami tidak bisa melihat ritual Minyan mereka. Tapi ini bisa dilihat contohnya di Youtube. Hari Sabtu adalah hari istimewa kaum Yahudi. Hari ini disebut hari Sabbath, alias hari beristirahat sekaligus beribadah. Di Hari Sabbath kaum Yahudi tidak diperkenankan bekerja, memasak, mencuci, dan lain sebagainya. Ada 39 kategori kegiatan yang tidak boleh dilakukan di hari ini bagi mereka. Termasuk diantara adalah menyalakan lampu, menyetir kendaraan, memotong dahan/daun dan lain-lain. Jadi pada hari Sabtu/Sabbath kaum Yahudi yang berangkat ke Sinagog harus berjalan kaki. Lampu penerangan disetel dengan timer supaya menyala sendiri. Mereka yang tinggal di apartemen ber-lift menyetel lift-nya untuk selalu berhenti di setiap lantai secara otomatis jadi mereka tidak perlu memencet tombol lift (melanggar larangan mengoperasikan mesin). Yang menarik, di jendela-jendela gedung Sinagog itu ada mosaik kaca dengan tulisan yang agak familiar dengan kami. Tulisan berhuruf Arab. Ternyata isinya nama-nama yang sebagian adalah nama-nama Arab. Yang saya masih ingat ada nama Ahmad di sana. Ada apa nih? Ternyata sejarahnya adalah bahwa komunitas Yahudi yang membangun Sinagog itu awalnya bermukim di kawasan Andalusia (saat ini Spanyol) sana, yang awalnya hidup damai berdampingan dengan komunitas muslim pada jaman kekhalifahan Ummayah. Nah karena mereka bergenerasi tinggal bersama masyarakat muslim di sana, banyak hal yang berasimiliasi dengan kultur masyarakat muslim Moor di sana. Jadilah ada beberapa petinggi dan tokohnya yang mengadopsi nama yang umumnya ditemui di umat Islam saja, seperti Ahmad tadi misalnya. Namun kemudiaan, saat "reconquista" (penaklukan kekhalifahan muslim oleh kerajaan kristen spanyol dan portugal) kaum Yahudi di sana banyak dibunuh dan dianiayai sehingga sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke kawasan Manchester ini. Kaum Yahudi yang dulu ada di sekitar Manchester ini juga bukan orang sembarangan. Diantara mereka ada Chaim Weizmann, yang lalu menjadi Presiden pertama negara Israel. Weizmann yang dulu menjadi dosen di University of Manchester ini lah yang bernegosiasi dengan Arthur Balfour, yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kerajaan Inggris agar pemerintah Inggris mendukung terbentuknya negara Israel dengan Zionisme-nya. Sepertinya kaum Yahudi memang ditakdirkan Allah untuk menjadi kaum yang 'spesial', dalam berbagai konotasinya baik yang positif maupun negatif. Saya baru membaca buku "Jerusalem" karya Simon Montefiore (yang nggak selesai-selesai juga mbacanya), dimana di sana diceritakan sejarah panjang kaum Yahudi diantara kelompok-kelompok lain di kawasan itu. Juga bagaimana sejarah buku suci kaum Yahudi (Tanakh) ditulis. Kaum Yahudi adalah kaum yang berasal dari 12 putra nabi Yakub AS (Jacob). Nabi Yakub sendiri adalah putra dari nabi Ishak AS (Isaac), dan berarti adalah cucu dari Nabi Ibrahim AS (Abraham). Ke 12 putra nabi Yakub ini kemudian berkembang menjadi 12 suku bangsa Yahudi. Namun dari ke-12 suku ini diperkirakan hanya tinggal 2 suku yang saat ini berkembang menjadi 'kaum Yahudi'. Dalam Al Quran, banyak terdapat kisah-kisah para nabi yang merupakan keturunan nabi Ibrahim, Ishak, dan nabi Yakub. Kisah yang paling panjang dan lengkap adalah kisah nabi Yusuf yang ada dalam satu surat khusus dalam Al Quran. Daripadanya kita harus banyak mengambil pelajaran. Sungguh menarik mempelajari 'saudara jauh' kita ini. Kita yang sama-sama percaya lahir dari rahim Siti Hawa. Kita yang sama-sama mempunyai silsilah kenabian yang bisa dirunut. Kita yang sama-sama menjunjung ke-Esa-an Sang Maha Pencipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun