Kemarahan masyarakat Indonesia pada pemerintah Malaysia sebenarnya hanyalah sebuah kesalahpahaman. Hanya sebatas salah persepsi atau cara pandang. Bagi Malaysia, mereka hanya mengenal 3 suku di negaranya, yaitu Melayu, China, dan India. Di sana orang Jawa disebut Melayu, orang Madura, orang Bugis, orang Minang, bahkan orang Mandailing sekalipun. Begitupun dengan kaum (istilah suku di Malaysia) China dan India. China itu terdiri dari orang Kanton, orang Hokkian, Kek, dan Mandarin. Sementara India ada orang Tamil yang merupakan mayoritas, orang Sikh, orang Bengali, dsb. Kalau diperinci satu persatu bisa jadi Malaysia sama banyaknya dalam hal keberagaman suku dengan Indonesia.Maka tak heran bilaa mereka sangat mengunggulkan tagline negaranya sebagai ‘the Trully Asia’.
Ada baiknya kita kembali melihat persepsi atas budaya masing-masing negara, sehingga kita tidak perlu buang-buang tenaga akibat amarah yang tak berdasar. Kita sebagai orang Indonesia harusnya sadar. Bangsa ini adalah bangsa yang besar. Ada lebih dari 240 juta jiwa sebagai WNI, dan jutaan lainnya sebagai warga keturunan Indonesia di Malaysia. Nah, warga keturunan Indonesia ini sudah bukan lagi WNI, mereka hidup di negara baru. Mereka telah hidup beberapa generasi, tetapi membawa budaya orangtuanya.
Orang keturunan Jawa di Malaysia sangat membanggakan budaya Reog orang tuanya, Orang keturunan Bugis sangat membanggakan jiwa petualang ayahnya, begitupun juga dengan orang keturunan Minang sangat menyukai kuliner yang dimasak ibunya.Jadi, apa boleh kita sebagai bangsa Indonesia melarang mereka merasakan agungnya budaya nenek moyangnya yang notabene berasal dari negara kita.
Ketika muncul protes yang bisa dibilang terlalu berlebihan kepada si negeri jiran, orang orang keturunan Indonesia warga Malaysia menjadi sangat kecewa. Mereka begitu malu dengan negara asal nenek kakek mereka. Kenapa masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara menyamakan persepsi ini dibuat berlebihan oleh pihak media Indonesia sehingga mudah sekali menyulut emosi.
Pada akhirnya, kita kini menjadi sedih. Warga negara Malaysia keturunan Indonesia menjadi malas menunjukkan budaya asal mereka. Mereka tak sudi lagi mempertunjukkan Barongan karena akan membuat bendera negara mereka diinjak-injak atau bahkan dibakar oleh saudara asal leluhur orang tuanya.
Ya. Saya rasa saya perlu mengucapkan terima kasih kepada Malaysia. Negara ini telah ikut membantu dalam melestarikan budaya-budaya negeri ini. Meraka membantu menjaga dengan mencatatnya secara legal dalam sebuah bentuk warisan negara.
Bagi masayarakat Malaysia keturunan Indonesia, maafkan atas segala emosi berlebihan kami. Tetaplah menari , bernyanyi, dan berbudaya sama seperti orang tua kalian wariskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H