Mohon tunggu...
Dono Hariyanto
Dono Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kegagalan terjadi karena kita merasa tak pantas mendapatkan apa yang kita impikan.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sistem Grup Bulutangkis Olimpiade: Dipertahankan atau Diganti?

1 Agustus 2012   12:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:21 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dalam setiap pertandingan besar badminton dunia kita pasti sudah paham dengan sistem grup ini. Dalam sistem grup, para pemaindikelompokkan menjadi beberapa grup. Pemain yang berhak melaju ke tahap berikutnya adalah yang berada di peringkat juara dan runner-up dari tiap grup. Setelah itu, barulah sistem gugur atau knockout yang berjalan.

Nah, permasalahan pun kemudian muncul. Sering kita jumpai ketidaksportivitasan dalam olaharaga muncul di fase grup ini. Para pemain di tiap grup saling memperhatikan grup lainnya. Apalagi bila terdapat saudara satu negara didalamnya yang bertanding. Pemain negara X di grup B misalnya tidak ingin menang atau sengaja mengalah menjadi runner-up saja agar tidak bertemu rekan satu negaranya yang telah lebih dulu kalah di Grup A. Dengan sama-sama menjadi runner-up maka mereka tidak bertemu di babak selanjutnya.

Inilah yang kita lihat dari pertandingan ganda putri Olimpiade London 2012. Ganda putri peringkat wahid dunia dari China, Wang Xiaoli/ Yu Yang diindikasi kuat sengaja mengalah dari pasangan Korea, Kim/ Jung agar terhindar dari rekan senegaranya Tian/ Zhao yang mengalami kekalahan sebelumnya melawan pasangan Denmark, Christinna/ Juhl. Dampak lanjutannya, di grup lainnya pasangan Indonesia Meiliana/ Greysia dan pasangan Korea lainnya, Ha/ Kim malah saling ‘berebut’ untuk menjadi runner-up untuk menghindar jadi juara. Ini demi menghindar dari potensi bertemu Wang/ Yu. Dari sebab kalahnya unggulan dua China Tian/ Zhao merembet ke pertandingan lainnya.

Akhirnya, olahraga ini jadi kehilangan jiwa. Berbagai macam cemoohan dan kecaman muncul atas kejadian ini. Para penonton di Wimbley Arena kecewa karena mereka rugi telah menonton pertandingan yang sangat membosankan. Para pemain diluar negara- negara ini juga saling melontarkan kekecewaan dan berharap para pemain China, Korea, dan Indonesia didiskualifikasi. Para pemerhati bulutangkis berharap sistem grup tidak lagi digunakan dalam pertandingan karena sistem ini berpotensi disusupi intrik. Pelatih Australia, Lasse Bundgaard seperti dikutip dari yahoosport mengatakan, “Jika Anda bisa meraih medali dengan kalah, dan bukannya menang, itu bukan situasi yang bagus“.

Memang pernyataan ini ada benarnya, tetapi melihat kecaman dan kekecewaan yang semakin membesar, apakah BWF akan mereview format grup ini? Apakah sistem knockout kembali digunakan dari awal? Kita tunggu saja. Yang pasti bila kejadian di olimpiade ini nanti terbuktidisengaja maka bulutangkis bisa jadi akan tercoreng citranya sama seperti kasus Calcioscommese di Liga Italia kemarin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun