Mohon tunggu...
Dono Ciputra
Dono Ciputra Mohon Tunggu... lainnya -

Hardono Ciputra Lahir 18 Juni 1992 di Desa Sugih Waras Barat Kecamatan Rambang Kabupaten Muara Enim. Email: dono.ulung@gmail.com Fb: Dono Ciputra Twitter: @DonoUlung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejatinya Seorang Pecinta Alam Lebih Pandai Bersyukur

22 Februari 2016   15:18 Diperbarui: 22 Februari 2016   17:37 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hablumminal Alam atau Hubungan antara manusia dengan Alam, sudah barang tentu sebagai penghuni di bumi ciptaan Allah Swt kita harus bersyukur bisa tinggal dan memanfaatkan segala sesuatu yang diberikan alam. Rasa syukur ini dapat kita aplikasikan dengan menjaga, melestarikan, melindungi, dan mencintai. Kata-kata tersebut sangat kita pahami artinya namun belum tentu kita dapat menerapkannya dalam keseharian.

Ada banyak organisasi, penggiat, komunitas yang bergerak untuk kelestarian alam, salah satunya Pecinta Alam yang dikenal dengan aktivitasnya mulai dari mendaki gunung, panjat tebing, mengarungi sungai serta menyusuri sungai, kesemuaannya sudah menjadi tren machois bagi beberapa kalangan.

Saat memasuki dunia perkuliahan di IAIN (sekarang UIN) Raden Fatah saya tertarik dengan dunia Pecinta Alam seperti yang program ditawarkan untuk menjelajahi indahnya alam ini, awalnya dengan mengikuti Pelatihan dan Pendidikan dasar sebagai Calon Anggota Di Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam) IAIN RF hingga resmilah menjadi seorang anggota.

Perjalanan dari Gunung ke Gunung mulai dari G. Dempo Pagar Alam, G. Arjuna Malang, G. Wilerang Malang, G. Kerinci Jambi dan beberapa yang lainnya. Tekad kami untuk menempa diri, berjalan, berlari, mendaki, melangkah pasti, menuju puncak-puncak tertinggi gunung. Itulah keinginan saat itu
Hingga perjalanan demi perjalanan mengingatkan betapa pentingnya keseimbangan alam ini. Saat perjalanan menuju puncak gunung sering Timbulah dialog dengan diri sendiri "Apa tujuan ke atas sana ? Kemudian hati menjawab "Dengan segala kerendahan hati menghasratkan diri dalam memberi arti untuk bersyukur pada Allah yang kuasa".

Ternyata mejelajahi alam gunung, tebing, sungai, goa bukanlah sekedar unjuk diri atau malah berbangga hati, melainkan untuk menyadarkan kita semua agar lebih peduli bagi keasrian alam untuk mensyukuri keagungan illahi. Puncak-puncak gunung hanyalah sebagian kecil bonus dari perjalanan itu, yang paling penting adalah bagaimana kita bersyukur atas keindahan alam.

Dengan mendaki gunung kita bisa mengolah dan berbincang dengan diri juga memahami alam, alangkah berdosanya kita apabila melakukan kerusakan di muka bumi ini, karena kewajiban kita sebagi khalifah di muka bumi adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam yang ada.

Teringat ketika melakukan perjalanan di kawasan Hutan Dangku (Muba), selama 20 hari melintasi hutan demi hutan kami mendapati pemandangan yang memprihatinkan, begitu luas hutan di babat dan dibiarkan begitu saja hingga menunggu di tanami dengan sawit, hingga hutan kita berubah menjadi hamparan sawit, masih belum puaskah mereka ?

Hingga kami berpikiran, slogan-slogan yang dibuat pemerintah "Tanam 1 Milyar Pohon, One Trees one people" tak berarti banyak bila dibanding dengan perusahaan yang membabat hutan kita yang alami. Namun, apabila pemerintah berani menghentikan ulah perusahaan-perusahaan tersebut tentu slogan itu sangat besar manfaatnya.

Kami berpendapat bahwa seorang Mapala bukanlah dinilai dari seberapa banyak dan seberapa tinggi puncak-puncak gunung yang pernah di daki, bukan pula untuk menaklukan alam. Akan tetapi yang ditaklukkan adalah diri kita masing-masing, sungguh indah ketika kita bisa bersyukur dari atas ketinggian puncak gunung, di ketinggian kita sholat, berdoa dan bermunajat agar kita dapat selalu menjaga kelestariannya.

Sehingga, perjalanan kita dapat bermanfaat dalam mengokohkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, kemudian perjalanan demi perjalanan yang kita lakukan, begitu menyadarkan bahwa begitu kerdilnya kita manusia ini. Dan ini yang sepertinya sering dilupakan bahwa seorang pecinta alam itu adalah orang yang pandai dan lebih bersyukur lagi kepada Allah SWT, karena diia langsung dengan kasat mata sendiri menyaksikan, merasakan keindahan alam yang dihamparkan sang pemilik alam ini.

Saya selalu teringat dengan Ayat dalam Surah Arrahman yang di ulang-ulang hingga 31 kali "Fabiayyialaairobbikumatukazziban" maka nikmat Tuhanmu yang mana kamu dustakan ? Masya'Allah. (Ulung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun