Mohon tunggu...
DoNo Salim
DoNo Salim Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang hanya ingin membagi dunianya lewat sebuah tulisan-tulisan ringan yang menghibur dan menginspirasi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mahasiswa 1/2 Abadi (Bab 1, Part 2 : Mau Jadi Apa?)

14 April 2017   11:27 Diperbarui: 14 April 2017   21:00 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"....." Doni hanya diam, sambil berusaha menguburkan dirinya sendiri di gurun pasir.

Sebenarnya, gak ada yang salah dalam hubungan Dona dan Doni, mereka masih saling mencintai dan mereka masih saling mempercayai satu sama lain. Namun, mana buktinya? Bukti nyata yang seharusnya dapat dilihat dan digenggam. Kini, semuanya sudah tak kasat mata lagi dalam hubungan mereka. Bahkan, hal-hal di luar logika sekalipun, seketika bisa muncul ketika rasa kangen itu datang. Ya, karena hubungan jarak jauh, bukan hanya saja menjauhkan raga dua sejoli, namun juga menjauhkan logika dua sejoli.

..........

Semenjak pulang dari Tangerang dan kembali lagi ke Surabaya, kini gue mempunyai hobi baru. Bukan, bukan hobi makan upil pake saos ABC, tapi hobi baru gue, yakni, menulis. Berawal dari keisengan membaca gue, saat membeli buku karya Raditya Dika yang berjudul Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon. Keisengan membaca gue tersebut, kemudian berlanjut menjadi sebuah rasa penasaran untuk menulis. Awalnya gue bingung, harus memulai dari mana. Sampai akhirnya, gue memulai semuanya dengan hal terkecil, yakni membeli notebook bekas berukuran 10 inch, Acer Aspire One Happy berwarna biru muda. Kesenangan luar biasa gue rasakan, karena ini kali pertama gue mempunyai notebook sendiri. Saking senangnya, notebook ini selalu gue jaga dan gue simpan di kulkas, biar gak lecet dan cepat busuk. Bagi gue, notebook / laptop merupakan hal wajib yang harus gue miliki, apabila ingin menjadi penulis. Sebenarnya, bisa menulis di kertas doang, tanpa memakai laptop, tapi gue minder dengan tulisan tangan gue. Terakhir, ada yang baca tulisan tangan gue, dia langsung pakai kacamata kuda karena matanya rusak. 

Setelah banyak membaca dan memiliki notebook sendiri, langkah selanjutnya yang gue lakukan adalah bergabung dengan komunitas di Facebook.  Bukan, gue bukan gabung ke komunitas pencinta waria montok, melainkan komunitas menulis. Beberapa komunitas sempat gue coba ikuti, hingga akhirnya gue menemukan sebuah grup yang sangat aktif dan banyak memberikan tips-tips kepenulisan. Nama grup tersebut yakni, Antologi Es Campur. Gue mengira, di komunitas ini, gue akan belajar caranya menyerut es batu hingga halus pake ketek, ternyata gue salah. Di sinilah, awal hobi gue menulis pertama kali tersalurkan. Mengingat, setiap minggunya grup ini selalu mengadakan lomba menulis cerita pendek dan untuk 20 penulis yang beruntung, maka tulisannya bisa diterbitkan menjadi sebuah buku. Kelihatannya seru sih, namun di awal perjalan gue menulis, ternyata semua gak semudah yang dibayangkan. Gue baru sadar, modal percaya diri dan semangat saja gak cukup buat jadi penulis. Ternyata, gue melupakan yang namanya, teknik menulis. Tulisan awal gue, benar-benar jelek banget. Sebuah kata yang seharusnya gue buat untuk bertanya, malah berubah menjadi kalimat pengakuan dengan nada membentak, hanya karena salah menggunakan tanda baca, seperti ini misalnya;

· Tulisan yang seharusnya: "Emang aku jelek? Iya? Aku jelek? Kenapa?"

· Tulisan versi pertama kali menulis: "Emang aku jelek! Iya! Aku jelek! Kenapa!"

Di titik itu, gue justru semakin semangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri. Semakin banyak membaca, secara gak langsung membuat gue jadi paham bagaimana teknik menulis yang baik dan benar. Hingga sampai akhirnya, gue semakin sering mengikuti kegiatan menulis di Antologi Es Campur dan tulisan gue berhasil lolos dan dibukukan dengan karya penulis lainnya. Kebahagiaan gue, semakin terasa lengkap, setelah gue bisa melihat nama gue, Dono Salim, terpampang nyata dalam sebuah buku. Keren!

Selain aktif di grup Antologi Es Campur tersebut, gue juga mencoba untuk melebarkan sayap dengan membuat blog pribadi. Berawal sebuah dari keisengan, akhirnya lahirlah sebuah blog yang gue beri nama, bukan-donowarkop.blogspot.com. Kenapa namanya harus, [Bukan] Dono Warkop? Jawabannya sebenarnya simpel, karena gue memang bukan Dono Warkop, tapi gue adalah Dono Salim. Just kidding. Sebenarnya, filosofi dibalik nama blog itu, karena gue berharap kelak ingin menjadi sosok ikon komedian seperti Dono Warkop. Namun, gue tidak ingin dikenal karena memiliki nama yang sama dengan sosoknya, tapi gue ingin dikenal, karena gue bisa menciptakan karya komedi yang orisinil dan tulus dari dalam hati.

Malam itu, gue tengah asyik menulis, sambil menonton YKS (Yuk Keep Smile) di Trans TV. Sebuah program komedi yang sedang menjadi fenomena. Dalam program tersebut, nampak seorang berpakaian romawi dengan wajah konyol yang selalu tersenyum lebar, bernama Caesar, berjoget dengan begitu ceria, diikuti dengan para penonton, crew, dan talent yang tidak kalah semangat. Sadar memiliki deadline menulis, gue pun kembali ke layar notebook dan berusaha mengabaikan suara TV. Sampai akhirnya, fokus gue kembali terpecah, setelah gue mendengar suara Cik Gong yang baru pulang dari kantor.

"Don, kamu iku loh, tiap hari kok main laptop terus kerjaannya. Gak pegel, ta?" Tanya Cik Gong, sambil menghampiri gue yang tengah asyik menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun