Mohon tunggu...
Mohammed Donny Iswara
Mohammed Donny Iswara Mohon Tunggu... lainnya -

fungsionaris Yayasan Sultan Hamid II

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kritik atas Buku "Menapak Jejak Leluhur Joko Widodo; Kiai Abdul Jalal I - Sang Penakluk Jogopaten, Bulan Sabit di Atas Perdikan Kaliyoso"

3 September 2014   18:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:44 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409724328694520565

[caption id="attachment_356989" align="aligncenter" width="300" caption="Lukisan Pangeran Syarif Hamid Alkadrie bukan Kiai Abdul Jalal"][/caption]

Sebuah buku terbitan Pustaka Iiman berjudul  "Menapak Jejak Leluhur Joko Widodo; Kiai Abdul Jalal I - Sang Penakluk Jogopaten, Bulan Sabit Diatas Perdikan Kaliyoso" karangan ER Asura, cukup membuat gerah warga Pontianak, khususnya keturunan Kesultanan Kadriah Pontianak Kalimantan Barat. Hal ini bukan tanpa sebab, kegusaran itu muncul akibat sampul buku yang memuat lukisan seorang figur yang menjadi panutan dan merupakan salah seorang Pangeran dimasa Kesultanan Kadriah masih berjaya diawal-awal berdirinya.

Figur pada gambar sampul buku terbitan Mizan tersebut adalah lukisan Pangeran Syarif Hamid Alkadrie karya Raden Saleh. Beliau merupakan salahsatu putra pendiri kesultanan Kadriah di Pontianak, yakni Seri Paduka Teramat Mulia Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.

Selain dikenal sebagai tokoh ulama terkemuka pada zamannya, Pangeran Syarif Hamid Alkadrie juga dikenal berjasa membantu perjuangan para tokoh-tokoh pejuang di tanah Betawi atau sekarang lebih dikenal dengan Jakarta. Terutama sekali dalam membantu perlawanan Tubagus Angke terhadap penjajahan VOC Belanda di Betawi.  Untuk memudahkan dalam membantu para pejuang itu, Pangeran Syarif Hamid Alkadrie membebaskan sebuah lahan luas yang dulu dikenal sebagai "Kampung Bali" dan membangun sebuah pemukiman, madrasah dan mesjid ditempat tersebut.

Mengajarkan Islam adalah tugas utama Pangeran Hamid selama berada di tanah Betawi. Dan membantu perjuangan melawan VOC adalah pengabdian beliau terhadap cikal bakal berdirinya sebuah negara bangsa baru dikemudian hari, Indonesia. Beliau membekali para santrinya tidak hanya dengan semangat keberagamaan yang khaffah, namun selain itu juga membangkitkan semangat jihad dan rela berkorban atas kekejaman masa penjajahan yang dilakukan VOC Belanda pada masa itu. Pemukiman tempat beliau tinggal di Angke juga merupakan basis perlawanan para pejuang, tempat persembunyian mereka, yang meski berlokasi dekat dengan wilayah kekuasaan VOC ketika itu, namun sangat sulit bahkan tidak bisa dimasuki oleh para penjajah dan pengikutnya.

Kegigihan pengabdian Pangeran Syarif Hamid Alkadrie dalam mempertahankan tauhid dan memperjuangkan kemerdekaan, dijalaninya hingga akhir hayat beliau. Makam Pangeran Syarif Hamid Alkadrie sampai dengan sekarang masih dapat dikunjungi di Jakarta, berhadapan tepat dengan Masjid Jami Angke. Dan dikomplek makam itu terkubur pula jasad para syuhada tanah Betawi. Pada pusara Pangeran Syarif Hamid Alkadrie, akan dengan mudah kita temui lukisan karya Raden Saleh tersebut dipajang dengan jelas dan terawat baik.

Akhirnya, kita sangat menghargai para penulis-penulis sejarah lewat karya tulisan masing-masing. terkait dengan buku berjudul "Menapak Jejak Leluhur Joko Widodo; Kiai Abdul Jalal I - Sang Penakluk Jogopaten, Bulan Sabit Diatas Perdikan Kaliyoso" diatas, isi dari tulisan bolehjadi menjadi sebuah literatur yang baik untuk mengenang dan memperjelas leluhur atau kiprah seseorang dimasa lalunya. Tapi tidaklah sampai memajang gambar oranglain seperti terpampang pada sampul buku tersebut. Karena Pangeran Syarif Hamid Alkadrie jelas bukan Kiai Abdul Jalal I dimaksud si penulis buku, sebab Pangeran Syarif Hamid Alkadrie sejak awal perjuangan beliau hingga akhir hayatnya diketahui tidak memiliki keturunan.

Warga Pontianak khususnya Kesultanan Kadriah Pontianak tentu mengenal dengan baik siapa leluhur mereka baik dari gambar, foto, maupun identitas zuriyat yang tergambarkan jelas hingga memenuhi syarat nasab kepada putri Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallaahu'alaihi Wasallam, Sayyidah Fatimah Az-Zahra yang diperistri oleh Khalifah Sayidina Ali bin Abu Thalib.

Semoga hal ini menjadi pelajaran kita bersama dalam mempercantik sebuah karya tulisan supaya tidak menggunakan sesuatu yang tentunya dapat menyakiti orang lain. Semoga Allah Seru Sekalian Alam memberikan Hikmah-Nya kepada kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun