Mohon tunggu...
Donny Adi Wiguna ST MA CFP
Donny Adi Wiguna ST MA CFP Mohon Tunggu... Konsultan - CERTIFIED FINANCIAL PLANNER, Theolog, IT Consultant, Photographer, dan Guru bikin Kue dan Roti

Konsultan Perencana Keuangan di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Credit Suisse Jadi Seperti Lehman Brothers?

4 Oktober 2022   10:16 Diperbarui: 4 Oktober 2022   10:45 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Bank-bank ini menyediakan hutang, tentunya. Mereka menerima obligasi sebagai agunan. Mereka menerbitkan CDS untuk menanggung kredit yang gagal bayar. Dan Credit Suisse diberitakan melibatkan diri dengan uang panas dari operasional sindikat mafia dunia. Para mafia itu menginginkan uang mereka segera dilikuidasi bila terjadi masalah, bukan jenis Nasabah seperti lembaga pensiun yang berjangka panjang.

Ini membuat Credit Suisse dan juga Deutsche Bank bermasalah besar. Nilai saham bank Swiss, Credit Suisse, dari puncaknya $77 per lembar saham telah turun jadi $4, dan terus turun lagi kemarin. Ada kemungkinan terjadi pengulangan momen Lehman Brothers di tahun 2008, dengan nilai aset Credit Suisse 4x lebih besar, dan kemarin CEO nya memberi memo yang menyebutkan soal ketahanan Credit Suisse. Persis seperti memo yang dulu dikeluarkan CEO Lehman Brothers, sedikit sebelum pengumuman kebangkrutannya.

Lantas, apa artinya kalau Credit Suisse jatuh seperti Lehman Brothers?

Pertama, nasabah yang menabung dan berinvestasi di Credit Suisse mengalami kesulitan untuk menarik dana mereka. Karena kehilangan bank terkait dengan gagal bayar Nasabah, yang sudah dilindungi oleh Pengadilan Niaga, maka yang hanya bisa dipegang adalah nilai agunan. Ketika nilai agunan berupa obligasi mengalami penurunan tajam, itu seperti harta menguap di udara. Tidak ada cara untuk memperolehnya kembali. Bank tidak bisa mengembalikan harta yang hilang, maka Nasabah juga tidak bisa memperoleh harta mereka.

Kedua, kini perbankan takut untuk mengeluarkan penjaminan seperti CDS. Maka risiko hutang meningkat, karena tidak ada lagi penjamin. Biaya memperoleh hutang menjadi lebih tinggi, bunga kredit meningkat. Jangan lupa: ini konteksnya adalah level korporasi dan negara. Kalau negara butuh pendanaan dari hutang, kini nilai bunganya meningkat.

Ketiga, secara keseluruhan ini menjadi krisis perbankan, karena keruntuhan bank sebesar Credit Suisse dan Deutsche Bank (disebut too big to fail) dapat mempengaruhi keseluruhan sistem perbankan dunia. Bank besar menjadi penjamin dan koordinator dari sindikasi perbankan, serta menjalankan transaksi perdagangan dunia, berelasi dengan berbagai jasa perbankan dan relasi antar-bank yang rumit. Peran bank besar tidak langsung terlihat di transaksi kecil, namun dalam investasi dan proyek besar yang tidak terpublikasi.

Bayangkan jika dunia kehilangan bank sebesar Credit Suisse dan Deutsche Bank sebagai bank penjamin (penerbit bank garansi), sebagai penerbit CDS, sebagai bank kustodian -- untuk berbagai manajemen aset dan manajemen finansial dari proyek bernilai besar level negara yang di danai hutang yang disindikasikan banyak lembaga keuangan. Jika bank besar ini hilang, pukulannya bukan hanya bagi Nasabah penabung bank itu saja.

Keempat, apakah kita masih bisa percaya menabung di bank?

Bayangan yang menyeramkan ini, terjadi kemarin, 3 Oktober 2022. Ini bisa menjadi bulan yang sangat buruk bagi dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun