Ketika dahulu di tahun 2014 saya bergabung dengan banyak relawan lain memenangkan pasangan capres Jokowi-JK, saat itu yang ada pada diri kami adalah keyakinan. Yakin bahwa ini i pasangan yang dibutuhkan Indonesia. Yakin bahwa, kemungkinan besar tidak akan salah, dibandingkan memilih pasangan Prabowo-Hatta. Itu di 2014.
4 tahun berlalu, dan keyakinan itu terbukti menjadi kenyataan. Indonesia bergerak dengan lebih cepat di arah yang tepat. Kehadiran Pak Jokowi juga menarik sosok-sosok istimewa lain, baik itu Ibu Susi, Ibu Sri Mulyani, Pak Basuki juga Pak Jonan... menjadi orang yang benar dan sungguhan tidak cari kekayaan bagi diri sendiri, melainkan bagi rakyat. Orang baik menarik orang baik.
Dan tibalah kita di tahun 2019, di mana kontestasi diulang kembali. Kini Pak Jokowi dengan Kyai Ma'aruf Amin, berkompetisi melawan Prabowo Subianto dengan Sandiaga Uno.
Apa yang Pak Jokowi sudah lakukan, itu SUDAH terjadi. Ini bukan soal keyakinan lagi, tidak seperti di 2014. Ini SUDAH ADA. Bisa dilihat, diukur, dinilai. Apakah sempurna? Tentu saja tidak, tapi jelas lebih baik daripada apa yang dilakukan oleh Presiden di masa-masa sebelumnya. Terlepas dari apa yang dikatakan -- nyatanya kehidupan banyak rakyat secara merata di seluruh Indonesia sudah terjadi. Banyak area yang mengalami Presiden RI untuk pertama kalinya, di pelosok paling jauh di Papua atau Kalimantan atau NTT.
Sementara Pak Jokowi sudah memberi bukti, yang ditampilkan Prabowo - Sandi adalah lontaran isu, yang banyak bohongnya. Ada begitu banyak sehingga tidak perlu mencantumkan di sini. Kebohongan itu berusaha menutupi hasil nyata yang dikerjakan Pak Jokowi, sekaligus menutupi fakta bahwa selama ini Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tidak memberikan apa-apa bagi masyarakat.
Sungguh, apa yang sudah dilakukan mereka dari 2014 hingga sekarang? Sandiaga Uno sempat menjadi wakil gubernur DKI, dan apa yang menjadi prestasinya? Kosong. Oke Oce itu, tutup. Bangkrut. Gagal. Dan di mana Prabowo Subianto? pernah apa?
Meilih Pak Jokowi adalah langkah rasional, logis, dan tidak bisa yan lain. Ini bukan kompetisi antara satu orang hebat melawan orang hebat lain. Ini adalah kompetisi antara satu pasang juara dan satu pasang pecundang, yang hanya bisa mengeluh dan berbohong lagi. Menggerakkan orang untuk berbohong mengenai Presidennya sendiri. Tidakkah itu buruk?
Tidak masuk akal, membiarkan pecundang menjadi Presiden RI. Ini adalah negara besar. Presiden dan Wakil Presiden bukan jabatan bagi para pendusta.
Donny A. Wiguna,
Relawan Jokowi
Caleg DPR RI dari PSI
Kota Bandung
06/03/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H