Saya adalah jenis orang yang sangat menghargai kenangan. Ketika kecil saya biasa menulis buku harian untuk merekam kegiatan sehari-hari. Tempo hari saya berkunjung ke rumah orang tua. Seperti biasanya, saya menempati kamar yang sudah menjadi milik saya semenjak duduk di bangku kelas 3 SD.Â
Ada saat ketika iseng-iseng saya membongkar lemari dan menemukan satu paket berisi buku harian saya selama SMP, SMA, kemudian berlanjut ketika saya kuliah S1 sampai akhirnya saya berhenti menulis ketika kuliah S2 menjelang hari pernikahan saya. Mungkin saat itu saya terlalu sibuk mengurus tetek bengek pernikahan sehingga tidak sempat menulis lagi.
Saya mulai membaca lagi tulisan-tulisan saya. Saya menangkap gaya tulisan saya sudah sangat berubah. Dari gaya menulis ala anak-anak sampai menjadi gaya tulisan seperti yang saya lakukan sekarang. It ways sooo much different and I've just realize it now.
Semua kenangan mengenai persahabatan, cinta-cintaan (bukan cinta beneran karena saya sudah menemukan cinta sejati saya sekarang), sampai ketika saya mendapat nilai ulangan jelek, dimarahin ortu, bahkan kenakalan-kenakalan saya dulu semua ada di dalamnya.Â
Saya pun dulu pernah menjadi siswa teladan tapi sekaligus juga siswa yang nakal dalam batas wajar. Saya pernah bolos sekolah, pernah lompat jendela untuk masuk kelas, pernah keluar rumah diam-diam malam hari ketika ortu sudah tidur hanya untuk beli nasgor di warung dekat rumah.Â
Saya juga pernah melempari mobil seorang guru dengan kapur supaya alarm mobilnya bunyi meraung-raung! I did do that ! Khusus untuk yang satu ini, sang ibu guru sekarang ternyata menjadi nenek saya karena paman dari suami saya menikah dengan putri beliau.Â
Akhirnya saya pun melakukan pengakuan dosa sekaligus meminta ma'af kepada beliau.
Membaca itu semua membuat saya tersenyum sendiri. Membaca itu semua membuat saya merasakan bahwa kejadian-kejadian itu seperti baru saja terjadi kemarin. Time does fly so fast!!
Awalnya saya ingin memusnahkan dengan membakar semua buku-buku itu. Tapi kemudian saya urungkan niat itu. Karena saya menyadari bahwa walaupun buku-buku itu sudah musnah, kenangan-kenangan itu akan tetap berada dalam hati kita. Kenangan-kenangan itu bagi saya adalah kekayaan pribadi saya yang tidak tidak ternilai harganya.Â
Kenangan-kenangan tersebut juga membuat saya melangkah dengan lebih hati-hati dalam menjalani hidup. Tetapi kenangan tetaplah kenangan. It happened in the old days. That's why it called memories.