Kegiatan modul nusantara dilakukan di daerah Bromo, Probolinggo dengan acara kebinekaan 9 mengenai prespektif gender didaerah tersebut. Konflik kebudayaan dalam prespektif gender yang diangkat ialah mengenai wanita maupun perempuan yang berjualan ataupun berdagang didaerah wisata Bromo tersebut.Â
Destinasi awal, kami mengunjungi Pananjakan untuk melihat sunrise. Didaerah panjakan tersebut, masih terdapat wanita yang berdagang seperti pernak pernik gantungan kunci maupun bunga edelwes serta makanan. Setelahnya, kami pergi ke daerah kaki gunung Bromo sembari menikmati pemandangan dan beristirahat makan.Â
Didaerah tersebut, banyak sekali yang menjual pernak pernik baik gantungan kunci, bunga edelwes, baju, kacamata, dan lainnya namun tidak ada wanita yang menjual hal tersebut.Â
Saya mewawancari salah satu pedagang disana yakni Bapak Budi, bapak ini sudah berjualan selama 10 tahun dan sudah mengalami suka duka didaerah tersebut. Bapak Budi memaparkan bahwa parap edagang disini rata-rata laki-laki, dimana bapak Budi menjelaskan bahwa hal tersebut sudah terjadi sedari awal atau dari paguyubannya kecuali warung makan maka wanita-lah yang berjualan.
Hal tersebut sidah terjadi sedari lama dan menjadi kebudayan disana dan tidak ada yang pernah melanggarnya.Â
Bapak Budi juga menambahkan bahwa jika wanita ingin sambil berdangan didaerah tersebut jika bersama suami atau keluarganya, tetapi disana tidak ada yang pernah melakukannya. Bapak Budi mengatakan bahwa sistem perdagangan disana bersaing secara sehat.Â
Konflik kebudayaan disana mengenai prespektif gender merupakan satu hal yang lumrah dan sudah dimaklumi dimana wanita tidak dapat berdagang pernak-pernik melainkan hanya dapat membuka warung makan atau tugasnya untuk memasak.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H