Mohon tunggu...
Doni Umardani
Doni Umardani Mohon Tunggu... -

Menulis untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aturan Lalulintas Masuk Kurikilum Sekolah?

23 September 2013   12:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh: Doni Umardani

Akhir-akhir ini  saya sering melihat dan mendengar banyaknya kecelakaan jalan raya yang melibatkan remaja. Baik itu roda dua maupun roda empat namun masih di dominasi kendaraan roda dua atau motor. Yang mirisnya kebanyakan remaja ini masih di bawah umur dan tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi. Termasuk yang sekarang sedang hangat di beritakan di media televisi yaitu salah satu anak dari musisi Indonesia Ahmad Dhani.

Tahun 1997 waktu itu saya masih smp,  saya sudah beraktifitas mengunakan seeda motor. Memang sih masih di bawah umur..hee..hee.., tapi perjuangan saya mendapatkan ijin dari orangtua untuk mengendarai sepeda motor pun tak mudah. Waktu itu saya mengajukan untuk mengikuti ujian SIM, ternyata belum bisa karena memang saya masih di bawah umur. Dan akhirnya ayah saya membawakan buku untuk ujian SIM yang di pinjam dari temanya yang bertugas di satuan Kepolisian.

Setelah saya baca-baca dan mengisi soal-soal yang ad di halaman belakang, secara teori saya di nyatakan mampu untuk mengendarai sepeda motor. Alhasil saya bisa meyakin kan ayah saya untuk mengendarai sepeda motor itu, dengan catatan hanya untuk ke sekolah dan tidak kebut-kebutan dan TIDAK BOLEH DI PINJAMKAN ke teman-teman di sekolah. Persyaratan yang ketiga iyu yang agak membuat saya sedikit aneh, apakah ayah saya mengajari saya pelit? ternyata tidak.

Ayah saya takut jika ketika saya pinjamkan terjadi kecelakaan yang di sebabkan oleh teman saya yang meminjam  itu, bukan soal motornya tetapi nyawa orang nya yang nantinya orangrua lah yang harus beratnggung jawab atas kelalaian tersebut, karena ayah saya tidak tahu kapasitas teman-teman saya dalam bermotor. Karena menurut ayah saya bermotor tidak cukup pandai dan lihai saja tapi harus cerdas, ya cerdas dalam mengendalikan emosi di jalan. Itu dia penyebab waktu SMP saya tidak meminjamkan motor saya, maaf ya teman-teman..hee..hee.., kalian jadi tahu alasanya sekarang.

Waktu itu makin hari makin banyak teman-teman saya membawa motor ke sekolah termasuk senior-senior saya di sekolah dulu. Tetapi kami tidak pernah memarkir motor-motor kami di sekolah. karena pada waktu itu peraturan sekolah sangatlah ketat, jika ada yang membawa motor ke sekolah makan ban motornya di kempeskan oleh bapak kepala sekolah. Tapi ya namanya juga remaja kami mengakalinya dengan parkir di WARKUL, ya sebutan untuk warung yang sering di jadikan tempat nongkrong anak-anak sekolah padahal warung ini juga sering di razia oleh kepala sekolah.

Dari beberapa teman yang mempunya motor, mereka ada yang ikut-ikutan geng motor, tim motor balap liar maupun tim balap resmi dan banyak yang mengunakan motornya dengan cara ugal-ugalan. Waktu itu saya juga termasuk pengendara yang hobi dengan speed tinggi namun saya tetap kontrol, karena itu pesan kakak saya sewaktu mengajari saya naik motor. Namun teman-teman saya lupa yang mana jalan raya yang mana sirkuit balapan. Yang pada akhirnya saya banyak kehilangan teman di jalan raya. Banyak teman-teman saya lebih dulu meninggalkan dunia ini karena kecelakan di jalan raya, walaupun itu mungkin takdir ilahi..

Banyak orangtua menangis ketika harapan nya pupus di tengah jalan, ketika buah hati kesayanganya terbujurkaku di rumahsakit dan lebih dulu meningalkan mereka. Orang tua sahabat sayapernah bilang "ketika kita kehilangan orangtua kita sedih, tapi lebih sedih dan sakit kehilangan anak". Dari situ saya menghentikan kebut-kebutan di jalan, saya lebih menyayangi orangtua saya yang bilamana kehilangan anak-anaknya di jalan raya sedangkan mereka mengharapkan saya pulang ke rumah dengan sehat.

Makin maraknya tawuran antar geng motor dan kecelakaan, polsek dan koramil pada waktu itu mengadakan razia besar-besaran terhadap remaja di lingkungan kecamatan saya tinggal. Jika ada anak muda yang berkumpul lebih dari lima orang langsung di ciduk di bawa ke Polsek. Sayapun mengalaminya sewaktu pulang membeli bensin dri SPBU di dekat rumah, saya berkendara bersama teman-teman sekitar tujuh motor. Ternyata perjalan kami terpantau oleh aparat kepolisian dan langsung di amankan ke Polsek, karena isunya hari itu akan ad perang besar-besarn antar geng di kota tempat saya tinggal itu. Saya bersama teman-teman di keluarkan dari polsek setelah jam 12 malam karena itu pun geng motor yang hendak tawuran sudah tertangkap aparat di Polsek yang lain. Selama di polsek kami hanya di beri pengarahan oleh Kapolsek yang masih muda dan tegas. Tegas terhadap semua anak muda yang pada hari itu tertahan di Polsek, sampai-sampai ada yang mengaku anak aparatpun langsung di tindak tegas.

Setelah di beri pengarahan semalaman akhirnya kita yang berada di polsek pada waktu itu mengerti tentang ketertiban keamanan, kenyamanan dalam bermasyarakat dan berlalulintas dengan baik dan benar sepert: menggunakan helm, tidak berboncengan bertiga, knalpot tidak boleh bising dan lain-lain.

Jadi saya berpikir masih banyak yang kita belum tahu mengenai lalulintas, apakah perlu Undang-undang lalulintas di masukan dalam kurikulum sekolah?  Agar para pengendara muda ini tahu konswekensi berkendara itu apa? Hukuman apa yanag menanati bagi yang melanggarnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun