Mohon tunggu...
Doni Umardani
Doni Umardani Mohon Tunggu... -

Menulis untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

5 Penyebab Perusahan Bangkrut

22 Agustus 2013   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:58 5519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377155756304302276

oleh: Doni Umardani [caption id="attachment_282683" align="alignleft" width="300" caption="Picture take from www.flexmedia.com"][/caption] Bangkrut adalah kata yang ditakuti semua perusahaan bahkan semua orang. Banyak kok orang yang bekerja di perusahaan bonafit tetapi dia bangkrut bahkan gajinya tidak dapat menutupi kebutuhannya. Dan banyak juga pengusaha yang mempunyai group perusahan namun tidak semua perusaaahn nya sehat. Ada beberapa faktor yang saya perhatikan menjadi penyebab bangkrutnya sebuah perusahaan, termasuk usaha saya dulu he..he..tapi kata "Pepatah kegagalan adalah sukses yang tertunda" betul gak? betul, kalau memang kita mau belajar dari pengalaman. Berikut saya share beberapa pengalam saya kenapa usaha yang saya jalankan tidak dapat berlanjut. Pertama Kontrol perusahaan, kontrol perusahaan sangat penting baik di awal usaha itu berdiri maupun sudah berjalan. Yang saya lakukan pada saat itu adalah kontrol seadanya, saya percayakan semua pada karyawan saya. Karena pada saat itu saya pun di sibukan oleh pekerjaan saya di kantor. Padahal perkembangan bisnis bisa berubah tiap jam , untuk itu seharusnya pebisnis harus peka terhadap lingkungan bisnisnya. Kedua Sistem, ya waktu itu saya tidak mempunyai sistem yang baik, peliharalah sistem jangan manusia/karyawan. Maksudnya bagaimana? jika kita mempunyai sistem yang kuat maka perusahan kita akan jalan dengan sendirinya. Kata Tung Desem Waringin, "usaha yang baik adalah usaha yang bisa kita tinggalkan dan bisa berjalan dengan sendirnya dan memberikan keuntungan terus menerus". Jika memelihara karyawan atau mempercayakan perusahaan kepada karyawan maka kita akan tergantung kepada karyawan itu. Karyawan itu manusia dan suatu saat akan berkembang dalam segala hal. Setelah dia berkembang dan  merasa tidak puas berada di perusahan kita, maka dia akan meninggalkan perusahan kita dan mencari perusahan yang dapat memenuhi kepuasanya. Ketiga Pisahkan Keuangan, ya pisahkan antara keuangan bisnis dan keuangan pribadi. Banyak bisnis yang tumbang karena pengelolaan keuangnya di satukan dengan keuangan pribadi. Saran saya walaupun kita owner dari suatu usaha, khusus untuk keuanagan anggap saja kita karyawan dari suatu usaha itu. Jadi kita akan mendapatkan sallary dari usaha itu dan selebihnya akan masuk ke keuntungan perusahaan agar perusahan dapat berkembang. Keempat

Fokus, Banyak pengusaha yang merasa tidak sabar ketika penjualan sedang lesu, termasuk saya. Sehingga mereka kemudian mengalihkan fokus untuk menjual produk lain atau produk baru demi menambah omzet.

Meski cara ini tidak salah, namun bila hal ini terus menerus dilakukan, bisnis yang kita lakukan akan kehilangan fokusnya. Kita justru melewati hal yang terpenting, yakni menentukan penjualan mana yang justru paling optimal. Dan akan mempengaruhi citra perusahaan kita.

Kelima

Ambisius, sehingga action bisnis yang saya lakukan tanpa perhitungan sama sekali. Ternyata modal nekad saja belum mencukupi untuk sebuah tindakan bisnis. Seharusnya saya lakukan riset dan ambil kesimpulan dari riset bisnis ini dulu untuk membuat tindakan pengambilan keputusan bisnis. Usaha Distro yang saya jalankan waktu itu terlalu ambisius, sehingga berlebihan dalam stock barang tanpa memperhitungkan berapa barang yang terjual tiap bulannya. yang akhirnya menyebabkan iddle money. Sehrusnya saya jeli dengan apa yang sedang trend saat itu. Waktu itu saya hanya mengejar design-design baru padahal design yang menurut saya bagus belum tentu pasar mengatakan begitu, Itulah pentingnya riset

Semoga bermanfaat,

Copyrights@Doni Umardani, 2013.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun