Kamis, 19/5
Solo, 21:18
Kenapa bisa begitu
Terlahir air mancur malah minta kolam
Sudah apakah kau tahu masa depanmu?
Padahal pena telah kering dan lembaran diangkat
Lalu mau kau tantang kuasa Rabb-mu....
Bukan cuma itu, kau berkata: namun jiwaku telah nyaman mengisi kolam itu
Bisakah berpikir tentang tipuan dunia
Nafsu dan syahwat adalah ancaman pasti
Bukan tidak mungkin, aku, kamu dan yang lain terpikatnya
Kita merasa sadar, padahal telah tertipu
Kulit berganti pun kau masih tetap air mancur
Atau bahkan berganti pancuran pun, kaulah air mancur sejatinya
Sudahkah kau ingat tentang kehinaan manusia dunia wal akhirat
Saudaraku, aku takut kau bagiannya
Agama adalah nasihat, karena ia membawa panji dari kegelapan menuju cahaya
Pasrah dan menerima apa adanya takdir, itulah yang harus kau lakukan
(proses kreatif puisi: soal kontes top model versi waria di Solo, kemarin malam)
Solo, 21: 59
Kerlip mata langit, mereka ibarat mutiara
Gunung emas pun tak mampu menandingi
Ketika gumpalan awan datang, mereka bertanya “kemana kau pergi?”
Kami hendak melihat orang bersyukur, jawabnya
“Di mana itu?”
Langit pun berpendar-pendar putih abu-abu
“Di sudut kota ini, apa kau tak tahu bahwa di sana sekumpulan manusia senantiasa bersyukur atas rezeki bagi mereka”
Angin mengisap kegalauan malam itu
“Aku ingin melihat mereka!”
Seperti pesta rakyat, mereka berkumpul berjajar
Seruan sakral lamat-lamat tersimak
Bisikan zikir lirih keluar dari tiap mulut
Subhanallah, alhamdulillah....
Bulir-bulir air mata menggumpal
Jatuh menetes simbol kekhusyukkan
Merekahlah bumi, bukan hanya bunga, bebatuan pun berbicara
“Inilah nikmat Tuhanku....”
Sinar aurora menjulang
Penutup episode malam itu,
(mengenang kebiasaan memandangi bintang-gemintang saat malam bermalam tiba)
Jumat, 20/5
Solo, 20:27
Dalam novel Cinta di Dalam Gelas-nya Andrea Hirata
Aku akui, bahwa kopi itu memang nikmat
Seruputan pertama segar, selanjutnya bikin melayang
Kafilah dagang perlu mencoba kopi
Ia ibarat air zamzam, melegakan dahaga
Nyamuk pun harus mengopi, biar kuat melek menggigiti kulit manusia
(proses kreatif: minum kopi di tengah2 kerja sebab ngantuk)
Minggu, 22/5
Solo, 18:54
Sedikit waktu melepas lelah
Dalam dingin sore ini, mata telah kalah
Kadang berputar otak
Tubuh menyempit ciut
Lalu memang lelah
Tiba saatnya menguatkan untuk berkarya!
(proses kreatif: uwis ngantuk sebelum kerja!hehehe....)
Solo, 19:34
Aku kirimkan doa untukmu
Karena tak ada kabar darimu
Semoga kau sebaik-baik keadaan di sana
Tak ada yang bisa kuperbuat
Selain mengharap kau tetap cantik semanis senyummu
Masih kuat dalam kesabaranmu
(proses kreatif: merasa khawatir & kangen kepada seseorang)
Senin, 23/5
Solo, 21:16
Di tengah rutinitas kerja, banyak halangan terjadi. Mulai dari teknis dan nonteknis, termasuk kondisi udara yang panasnya minta ampun deh. Lalu terciptalah sajak berikut.
Suasana Kota Solo bak ruang berkelambu
Panas yang tak terdefinisikan
Kuangkat kaki sebelah, lalu ciiiaaat!
Setangkup tangan mengusap muka
Beuh, tak terperi gerahnya
Berpikir mungkin, di balik eternit, seekor cicak terengah-tergelak
Sama-sama merasa hilang kesabaran
Hingga cicak itu berpikir, “Berendam di gelas susu itu pasti nikmat”
Seleksi waktu kadang buat kita melenguh
Dan waktu pun yang tak “bersahabat”
Mungkin, aku harus bersahabat dengan waktu
Jumat, 27 Mei 2011
Pulang ke malam ini
Membawa setumpuk rasa
Bukan tak salah siapa
Tapi karena alasan hidup
Aku mencintainya
Aku merindunya
Menyemai dalam sandaran hati
Kontak hati bukanlah hal sepele
Rabu, 8 Juni 2011
Kadang langit membisikkan jawaban
Membuatnya seperti berlari
Padahal aku tahu, mereka cuma menyapa
Kepada alam, air, gunung, burung hantu, dan langit itu sendiri
Sebagai bekas petualang, dia ucapkan ‘kau bayang masa depan’
Mimpi-mimpi menjelma jadi bintang terang
Bintang paling terang, menyemangatinya
Atau bumi layaknya red carpet
Berpijak dengan kewibawaan
Tersenyum kemenangan
Senin, 20 Juni 2011
Mencintai juga adalah suatu pilihan
Memilih untuk mencinta dan mengharapnya
Bukan untuk alasan menderita
Karena nestapa dan luka
Bakal orang mencinta berakhir bahagia
Jaminan surga bagi pasangan saling cinta
Di tengah-tengah mereka, beribu cinta dan bersinggasana
Sekali dalam sehidup, cinta mereka terkubur bumi
Sepenggal kisah tentang raja dan ratu pencinta
Bukan seperti orang gila
Cinta tak sekalipun berbuat gila
Ia menuntun untuk tak kenal merana
Cuma bahagia adanya
Seperti adanya diriku
Juga dirimu
Akan menjemput cinta dan rida-Nya
Akan tetapi jalan di depan tak mudah
Dapatkah kau menutupi lukaku
Atau bisakah kau menyelimuti saatku merasa kedinginan
Aku yakin jika semua berdua
Akan sangat ringan dan mudah menjalaninya
Aku merasa kerdil
Karenaku hidup serbaterbatas
Tapi aku yakin jika hidup bersamamu, semua terasa kaya
Berlipat kebahagiaan, kebahagiaan alami karena rasa suka-cinta
Tapi aku tak mau, cinta ini melupakan cinta terbesar,
yakni pasangan makhluk yang dirahmati dan diliputi taufik-Nya
Begitulah intinya,
Aku mau kau mendampingiku
Tak sekadar bergandengan tangan
Tapi menghardikku jika aku telah salah
Juga bertaklif qulb menebar kasih sayang
Itulah harapanku
Juga harapanmu
Menjaga hati terasa sulit
Tapi jagalah dengan mengingat-Nya
Memohon agar didekatkan
Sedekat urat leher kita
Di sana, di sanalah waktu pasti berbicara
Sebagaimana seluruh tubuh ini berkata pada lisan ini
Bertakwalah kamu wahai bibir dan lisan!
Aku mencintaimu karena Allah Ta’Ala
Senin, 20 Juni 2011
Cincin itu belum melingkar di jarimu
Tenang, akulah orangnya
Yang melingkarkan di jari manismu
Kau akan tampak cantik sempurna
Jilbab dan parasmu bakal merona
Bak bunga dikerubuti kumbang-kumbang
Sumpah setia terucap
Janji sehidup sepenanggungan
Disaksikan, didengar dan disimak baik-baik
Para tamu, orangtua, sanak saudara, malaikat dan Rabb kita
Berkatalah kau siap menjadi istri
Sebelumnya, aku terima nikah dan kawinmu bukan?
Aku akan bahagia seribu bahasa memilikimu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H