Mohon tunggu...
doni to
doni to Mohon Tunggu... -

yeng penting hepi

Selanjutnya

Tutup

Humor

Susahnya Belanja Lawan Ibu-ibu

13 Juni 2013   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:05 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_248635" align="aligncenter" width="448" caption="gambar diambil dari solopos.com"][/caption] Ini cerita jaman bujang dulu, saat dimana setelah lulus kuliah .... menjadi pengangguran .... saat dimana tidur malam sendirin.... ah sudahlah.. bukan ini yang mau aku ceritakan. Ya, hari itu panas sekali cuaca dikota kecilku dan kebetulan hari ini rumah yang kutempati mengalami renovasi bangunan kecil-kecilan, sebagai seorang pengangguran tentu darahku bergejolak untuk membantu, alias ikut nguli, itupun kemauan muncul setelah aku membaca artikel bahwa wanita cenderung lebih tertarik dengan pria yang berkeringat di terik matahari dan warna kulit kecoklatan.. yeah.. mungkin setelah selesai nguli perawakanku seperti itu, karena kalaupun mau ke gym belum tentu kuat bayar uang bulanannya.  ah jadi curcol. Setelah beberapa jam ikut angkat-angkat batu bata dan semen, ototku mulai terbentuk. ( wkwkwkw  lebay, jangankan anda, sayapun ikut tertawa membaca tulisan saya sendiri dan perlu anda ketahui, setiap penulis yang memberikan "wkwkwkw" pada tulisannya sendiri, tidak ubahnya seorang pelawak yang membayar penonton untuk mentertawan lawakannya dan hal itu ternyata cukup membantu untuk memancing tawa penonton yg lain. wkwkwkwkw. sekali lagi. wkwkwkwkwk) Haus sudah tenggorokan ini, air putih pun tak banyak membantu. kuhampiri dapur rumah, siapa tahu ada yg lebih menarik dari sekedar air putih dan pucuk dicinta ulampun tiba, ibuku lagi sibuk membuat es buah ternyata, pasti seger diminum saat seperti ini. "Ibu lagi buat es buah, ada yang kurang bahannya, tolong belikan nata decoco ditoko dan sekalian beli keramik lantai, karena keramik yang beli kemaren ternyata kurang " "Siap bu!" Berangkatlah aku dengan angan-angan segarnya minum es buah dikala terik matahari dan kelelahan tubuh. singkat cerita masuklah aku ke sebuah toko bangunan yang isi pengunjungnya hampir semuanya laki-laki (ya iyalah) walau banyak pengunjungnya tapi terdengar cukup sunyi, karena begitulah sifat laki-laki, mereka lebih banyak diam kalau tidak diperlukan untuk bicara. Selesai urusan dengan toko bangunan aku bergegas keluar untuk membeli keperluan kedua, kulihat tidak jauh dari toko bangunan ada sebuah toko kebutuhan bahan pokok yg cukup besar dan pikirku pasti disana juga ada nata decoco yg aku cari , toh daripada aku jauh-jauh disekitar sinipun juga ada. Masuk ketoko suasananya ramai sekali, walau jumlah pengunjungnya tidak lebih banyak dari pengunjung toko bangunan, tapi keadaannya 180 derajat berbeda, maklum 90% adalah ibu-ibu, dan 10% adalah aku. Aku perhatikan antrean ku hitung urutan ke 4, giliranku setelah ibu-ibu berbaju merah yang sedikit ikel rambutnya, selama menunggu antrean, tentunya ada beberapa pelanggan yg berdatangan dan pastinya ibu-ibu juga. Kulihat giliranku akan segera tiba, ibu ibu baju merah tampak sudah selesai berbelanja. "mbak nata decoconya satu ya" belum saja kalimatku selesai. "mbak beras, garam,micin,brambang,bawang cabe,gula merah, mie, tepung" @^%$##$% busyet berisik bener nih ibu2. Dan........  WOW!!  giliranku dilewati. aku sedikit celingak celinguk kayak orang bodoh. Sabar sabar. mungkin mbak-mbak yg melayani lupa kalau ini giliranku. akhirnya kesempatanku yang kedua tiba (thanks God) "mbak nata de co..." "mbak beras, garam,micin,brambang,bawang cabe,gula merah, mie, tepung" @^%$##$% lah berisik lagi, dan wow! aku terlewatkan lagi. kesempatan ke3 "mbak beras, garam,micin,brambang,bawang cabe,gula merah, mie, tepung @^%$##$% lagi dan lagi... 1 tahun kemudian (percayalah 15 menit dalam keadaan seperti ini, rasanya seperti 1 tahun) Habis sudah kesabaranku, tanpa permisi dan tengok kanan kiri, bergegas kuringgalkan saja toko itu, kepacu sepeda motorku menuju sebuah mini market franchise yg banyak tersebar di indonesia. Masuk-ambil-bayar.  dan hanya butuh waktu sekitar 2 menit. Dalam perjalanan pulang aku sempat berpikir dalam hati dan sedikit ngedumel. mulai saat ini berjanji akan menjauhi toko dengan banyak pelanggan ibu-ibu didalamnya. tapi untunglah sesampai dirumah pengorbananku terbayar,  tubuh  dan pikiran yg panas ini tersejukkan oleh segarnya es buah. seger!!! Dan sedikit tips bagi yg ingin berbelanja ditoko ibu-ibu. bawalah permen tenggorokan terlebih dulu, karena antri bukan berdasarkan waktu datangnya, tapi kekerasan dalam suaranya. itu salah satu cerita masa lalu yang ku ingat... ah sudahlah... Tulisan ini untuk hiburan semata. ketentuan dan syarat belaku untuk tiap toko berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun