Mohon tunggu...
Donita Antashari
Donita Antashari Mohon Tunggu... -

full time copy writers, food lovers, music addict, loveable

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berawal dari Green Tea Berakhir di Pelaminan

14 November 2016   15:58 Diperbarui: 14 November 2016   16:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5 tahun tidak pernah bertemu padahal saya dan dia tinggal di kota yang sama. Tidak ada kontak fisik, kontak sosial, apalagi kontak batin. Semenjak kejadian itu, kami seakan-akan menjadi orang asing bagi satu sama lain. Hingga suatu ketika di kedai kopi daerah Jl. Sunda, Bandung kami bertemu lagi untuk pertama kalinya. Aku masuk kemudian langsung menemui pelayan disana untuk memesan minuman. Setelah urusan administrasi minuman selesai, saatnya aku memilih spot tempat duduk yang nyaman. 

Aku pun segera menuju tempat duduk dengan 2 bangku di sebrang taman. Aku tidak melihat pengunjung di sekitar sana, karena tempatnya yang sepi. Ku pikir hanya aku saja satu2nya pengunjung saat itu. Aku pun bergegas membuka laptop dan mulai larut dalam aktivitas kerja yang tak kunjung usai. Minuman pun datang, setelah aku mengucapkan terima kasih kepada pelayan pria yang gagah itu, tanpa ragu aku meneguk dengan penuh semangat matcha latte itu. Namun ada yang aneh, aku merasa di perhatikan, dan aku sadar bahwa orang itu tidaklah asing bagiku. Jantungku berdetak sangat cepat, kakiku mulai lemas, dan bulir-bulir keringat pun perlahan mulai nampak di dahi ku. Aku menyibukan diri dengan laptopku, padahal otaku dipenuhi dengan kepanikan bukan kerjaan. 

Pria itu menghampiriku dan memberikan sapaan hangatnya yang sudah tidak pernah aku dengar lagi sejak 5 tahun lamanya. Aku balas sapaannya dengan suara yang tak biasa. Aku gemetar, karena Tuhan menjawab doaku setelah 5 tahun aku menanti. Pria itu, sebut saja Rangga dia nampak bingung dengan tingkah ku. Rangga pun tersenyum dan duduk di depanku. Setelah aku mulai tenang, kami pun mulai berbincang-bincang. Setelah  terhanyut dengan perbincangan nostalgia kami, adzan Ashar pun berkumandang. Rangga pun mengajak ku untuk sholat berjamaah. Aku tersentak kaget mendengar ucapannya itu, mengingat kami berpisah karena perbedaan agama. Aku terharu karena doaku lagi-lagi dijawab Tuhan, akhirnya Rangga menjadi mualaf. Kami pun solat berjamaah. 

Di dalam doaku, aku pun menangis terharu karena akhirnya dia bisa menjadi imam ku walau hanya sholat Ashar saja. Selepas shalat berjamaah kami pun lanjut perbincangan. Usut punya usut ternyata Rangga sempat mengalami masalah yang cukup berat. Dia tidak berhasil mendapatkan pekerjaan padahal sudah puluhan bahkan ratusan perusahaan sudah dia lamar selain itu Rangga juga harus kehilangan papanya disaat ia masih membutuhkannya. Cobaan tgersebut menggiring dirinya ke sebuah mesjid di kawasan Dago, Bandung. Ia pun mulai tekun belajar Agama di sana. 

Setelah mantap dengan ilmu agama nya ia pun resmi menjadi mualaf. Allah pun memberi kemudahan untuk Rangga, setelah resmi mualaf beberapa bulan kemudian, ia melihat artikel investasi emas di internet. Rangga pun tertarik dengan investasi tersebut dan kemudian datang ke sebuah broker trading. 

Singkatnya, Rangga tertarik terjun ke bisnis trading karena dirasa mudah apalagi di broker tersebut ada layanan tradeworks yang bisa melakukan otomatisasi trading. Kebetulan aku pun kerja di broker tersebut. Mungkin ini cara Tuhan mempersatukan kami kembali. Doa ku di dengar dan dikabulkan di saat yang tepat. Alhamdulillah. Kami pun akhirnya menikah dan hidup bahagia hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun