Mohon tunggu...
Donita Gerina Tolioe
Donita Gerina Tolioe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hevenue Shalom Alacheim

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Selingkuh Eh Selingkuh

20 Juli 2011   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari seorang kawan cerita bahwa, dia suka sama cowok orang. Wadau! Lalu aku bilang, hati-hati atuh! Dia pun membalas bahwa, “biasa aja don, selama janur kuning belum ada”

Aku pun bertanya padanya, “neng, seandainya cowok kamu direbut rela dong? Kan, belum ada janur kuning, he he he!”

“Yaa enggak lahhh!” Jawabnya.

“He he he, egois kan?” sahutku.

Selingkuh dianggap wajar, soalnya enak sih. Nggak apa-apa kok, yang penting tidak ketahuan. Hadau!!! Kalau masih belum menikah masih bisa mengakhiri hubungan. Tapi yang paling repot kalau nanti sudah berumahtangga.

Perselingkuhan bukan bentuk cinta, melainkan pemuasan akan keinginan sendiri, atau minimnya pengenalan dan komunikasi dengan pasangan. Ada banyak aspek yang tidak hanya dilihat dari satu sisi. Namun yang pasti selingkuh itu menghancurkan rumah tangga, terlebih membuat trauma berkepanjangan. Dan,bukan perkara mudah untuk menyembuhkan kondisi psikologi seseorang yang kecewa, terluka dan ditinggalkan.

*****

Anyway, saya akan menceritakan bagaimana kehidupan nasib yang menimpa keluarga saya.

Ketika saya berusia belasan, ayah saya terserang stroke. Saat itu usia ayah masih muda, yaitu 45 tahun dan ibu menginjak 38 tahun. Di suatu malam, kami panik karena menemukan ayah tidak bisa bicara dan bergerak. Hanya air mata yang berbicara.Semua terjadi begitu cepat.

Ayah yang memiliki karier cemerlang dan wajah tampan. Malam itu merubah semuanya. Ia terkena stroke total, artinya tidak mampu menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Kehidupan keluarga kami pun memasuki masa-masa kelam. Ibu pun sempat terserang depresi. Selama berhari-hari beliau hanya menangis, tak mampu bangun dari tempat tidur dan tidak mau makan.

Hal ini tentu tidak mudah buat kami yang biasa dimanjakan oleh ayah. Sejak itu, kami mengerti kemelut yang dirasakan ayah, sebagai seorang laki-laki dan kepala rumah tangga. Kini harus berbaring tak berdaya.

Kondisi inilah yang mengguncang jiwa ayah, sehingga ia berubah menjadi kasar, temperamen, sensitif dan suka memaki.Takjarang ayah mengancam ingin bunuh diri di depan kami. Kondisi ini kami lewati bertahun-tahun.

Untungya ibu sabar. Ia bekerja dengan tekun, dan membiayai semua pengobatan ayah, juga pendidikan kami, hingga akhirnya kami lulus kuliah. Saya mengerti, di usia ibu yang masih muda, ia tak mendapatkan apa yang dimiliki wanita lain. Soal finansial, kepuasan, dan lain sebagainya.

Ibu masih cantik, kuat dan segar. Tak jarang, di tempat pekerjaannya, sering ada lelaki yang menggoda ibu. Mereka berusaha melihat peluang kondisi ibu, lalu berniat buruk pada ibu. Tapi cinta ibu sungguh luar biasa, sampai detik ini, keluarga adalah fokus utamanya, bukan kesenangan dirinya.

Ibu berkata, “Kalau main bermain dengan laki-laki lain, atau bahkan meninggalkan papa kamu, hal itu tentu bisa saja! Tapi seumur hidup mama tidak akan tenang dan terus menyalahkan diri sendiri. Justru dalam keadaan seperti ini, mama tetap setia mendampingi papa!”

****

Semoga cerita ini menguatkan siapa saja, bahwa bentuk cinta adalah kesetiaan, penyangkalan diri, dan jauh hari kepemuasan diri.Mungkin dari Anda semua masih memiliki pasangan yang sehat, baik dan selalu mendampingi. Syukurilah hal itu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun