Mohon tunggu...
Donita Gerina Tolioe
Donita Gerina Tolioe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hevenue Shalom Alacheim

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengampuni Mereka yang Bersalah Pada Kita

8 Maret 2012   09:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:22 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331199287686778192

Mengasihi orang yang berbuat baik pada kita sebuah hal yang biasa. Namun mengasihi orang-orang yang menyakiti kita adalah pengalaman hidup berkemenangan. Dengan begitu, kita belajar mengenai ketulusan, kerelaan dan mengalahkan dominasi ego.  Kita disadari bahwa kasih itu panjang sabar, tidak menginginkan balas budi bahkan tidak mengharapkan ucapan terima kasih. Seorang ibu pergi ke tempat doa. Tempat itu begitu sunyi dan dibalur pepohonan.  Kala itu para rohaniawan yang tengah memanjatkan doa. Ibu itu tak mengerti harus berbuat apa.  Sedari tadi ia bolak-balik gelisah. Seorang biarawati menghampirinya dan bertanya. Sang ibu tidak mampu berkata-kata, hanya air matanya yang berbicara. Setelah beberapa jam, barulah ia memberanikan diri untuk mengungkap ruang hati yang terobrak-abrik.  Sang ibu bercerita,  sudah  lama suaminya selingkuh dengan perempuan yang jauh lebih muda. Parahnya lagi, sang suami membawa WIL-nya pulang ke rumah. Bisa bayangkan, bagaimana perasaan ibu itu setiap hari? Bagaimana ia menghadapi itu semua? Berapa berat beban pikiran  yang ditanggungnya? Berapa lama ia sanggup seperti itu? Sungguh, kisah nyata ini adalah kesaksian tentang cinta kasih yang menguatkan. Selama tiga tahun lebih sang ibu bertelut dalam doa. Ia berkata, bahwa pada saat menikah ia sudah berjanji pada sang suami bahwa ia akan setia mendampingi dalam suka dan duka. Duka yang dimaksudnya adalah, saat suami mengalami kemerosotan, tidak hanya secara finansial, tapi juga moral. Seperti yang kita tau, kebanyakan perempuan yang diselingkuhi akan terus menge-cek keberadaan pasangannya. Banyak juga yang cenderung mengontrol, dan terus menerus mencurigai serta menyudutkan pasangannya.  Tak sedikit yang paranoid. Lain hal dengan sang ibu, ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk mengampuni. Ia menjadikan Tuhan sebagai focus hidupnya. Setelah bertahun-tahun sang istri mulai merasakan ketenangan hati, ia tidak getir lagi ketika berhadapan dengan sang suami serta perempuannya itu. Ia diam, terus menerus  berdoa dan mengampuni. Suatu ketika, sang suami sakit keras dan selingkuhannya meninggalkannya.  Suaminya tidak memiliki apa-apa lagi. Sang suami menyesali perbuatannya dan pulang ke sang istrinya. Keluarga itu dipenuhi suka cita. Sebab, kesabaran selalu membuahkan hasil. Kadang dalam logika manusia, hal ini seperti mustahil. Ketika kita disakiti, kita cenderung membalas, dan mengumpat. Tak sedikit mengharapkan agar orang-orang yang menghancurkan kita, merasakan hukuman yang setimpal. Namun, pengalaman disakiti, seharusnya membuat kita berkaca, barangkali selama ini kita telah menyakiti sesama kita dengan perbuatan maupun perkataan. Terlebih telah menyakiti Tuhan dengan perbuatan-perbuatan kita.  Kita seringkali merasa sombong dan merasa layak, atau lebih baik dari pada orang lain. Karena itu, kita cenderung menghakimi sesama kita. Lalu bagaimana membuat sadar orang-orang yang telah menyakiti mereka? Kok, enak bener orang-orang itu, setelah menyakiti kita lalu diampuni. Orang-orang yang menyakiti orang lain berangkat dari situasi dimana ia pernahi disakiti. Entah mengalami kekerasan, pelecehan, disingkirkan hingga didominasi. Only the kindness will heal them. Kita diundang kepada mereka. Tidak ada pemberian yang paling berharga selain hati kita yang dipenuhi cinta. Ya, berikanlah di saat kita sulit untuk memberi. Kesabaran kita akan membuahkan hasil. Tuhan selalu mempunyai cara misteri untuk berbicara kepada manusia. Kita tidak bisa mengubah seseorang, hanya menyampaikan kebaikan. Pengalaman disakiti membuat kita tersadar bahwa hanya dalam tangan-Nya kita berharap. Melalui hadirat-Nya kita mengalami ketenangan. Tenanglah, biarkan Ia yang bertindak. Semoga kisah ini menjadi kekuatan bagi Anda yang mungkin tengah galau….he he he Semoga memberi ketenangan. Kasih-Mu Tuhan memberi pengharapan, dalam cobaan hidup ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun