Mohon tunggu...
Donita Gerina Tolioe
Donita Gerina Tolioe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hevenue Shalom Alacheim

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah dari Bangsal 237

12 November 2011   07:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hampir tidak bisa merasakan ngilunya jarum suntik menembus uratku. Untuk kesekian kali, aku terdampar di sini. Ya, di ruangan serba putih. Perih menghujam perutku. Kepalaku rasanya berputar. Dada ini rasanya berat. Juru rawat terpaksa memasang oksigen di hidungku. Aku merintih tengah malam.

Sendirian.

Tuhan, maafkan aku yang telah menghardik-Mu dalam keputusasaan. Tuhan, kesehatanku terenggut. Aku tidak bisa seperti gadis-gadis lain, yang aktif ke sana sini. Tubuhku bertambah kurus. Aku hanya terbaring lemah, bertanya dalam kebingungan, mencari-Mu.

Tiba-tiba seorang ibu menghampiriku. Ia menyelimutiku, dan berkata, “Mbak, malem ini saya nginap di kamar ini. Anak saya yang sakit di sebelah. Jadi kalau ada apa-apa, panggil saya saja!”

Wajah ibu itu tersenyum. Ia menatap saya dengan lembut. Saya membuka horden, dan mencoba menyapa pasien di sebelah saya. “Namanya Yolanda, dia anak saya, menderita kanker otak sudah setahun,” tutur sang ibu.

“Oh Tuhan!!!” pekikku dalam hati. Gadis itu hanya tulang dibungkus kulit. Nafasnya lemah, hingga berbicara saja dia tidak sanggup. Kakinya membengkak. Air liurnya terus menetes. Wajahnya begitu munggil. Dan, ditemani sang suami, ia menangis.

“Ini foto anak saya sewaktu menikah” jawab sang ibu.

Cantik, sangat cantik. Wajah yang teduh, dibalur oleh make up yang sederhana. Ia pun memakai gaun pengantin yang megah. Sang ibu bercerita, bahwa anaknya sering menderita pusing. Suatu hari, anaknya melakukan pemeriksaan MRI dan ditemukan virus ganas di otaknya.

Begitu mengetahui itu, Yolanda malah dinikahkan oleh pria yang mencintainya. Sewaktu menikah kondisi kesehatan Yolanda sudah memburuk. Akhirnya pemberkatan penikahan dilangsungkan di kapel salah satu Rumah Sakit di Bilangan Jakarta Selatan.

“Sekarang kita semua sudah pasrah mbak, soalnya anak saya tidak tertolong lagi,” begitu pinta sang ibu.

Di malam berikutnya, aku mendengar rintihan Yolanda. Ia memanggil suaminya agar tidak meninggalkannya. Tapi sang suami sibuk bolak-balik mengurusi administrasi Rumah Sakit. Pasalnya, pengobatan Yolanda tidaklah sederhana. Tentu diperlukan alat yang khusus dan obat-obatan mahal.

Pada suatu malam, terdengar samar-samar pembicaraan mereka berdua, Yolanda dan suaminya.

“Sayang, jangan tinggalkan aku,” pinta Yolanda.

“Enggak sayang, aku selalu ada di sini,” kecup sang suami.

“Apa yang kau harapkan dari aku lagi, kondisiku sudah seperti ini”

“Jangan begitu sayang, aku mencintaimu dalam keadaan apapun. Harapan selalu ada”

Semalaman mereka berdoa hingga tertidur.

Malam berikutnya, aku ingin menyapa Yolanda. Sehabis dari kamar mandi, aku menemuinya. Ia pun tersenyum. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, bola matanya menjadi putih. Nafasnya berat. Yolanda tidak sadarkan diri. Aku berteriak panik, memanggil suster.

Keluarganya datang sekejap. Sang suami berteriak histeris, “Sayang bertahan sampai besok yaaa. Besok kan ulangtahun pernikahan kita!” Air mataku meleleh, seluruh doa dilantunkan. Apalagi saat itu, sang suami sudah menyediakan kue tart coklat. Malam itu, Yolanda pun diungsikan ke ICU, menunggu nasib selanjutnya, hanya Tuhan yang Maha Tahu.

“Ibu, sabar bu, Tuhan pasti memberikan yang terbaik, “aku memeluk ibunya, saat ia pamit.

Malam itu aku mendarasakan rosario, memohon ampun dan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Dari peristiwa ini, mari kita merenungkan sebuah makna. Yaitu cinta abadi kekal sampai kapanpun. Cinta itu tidak memandang untung belaka.

Kisah Yolanda, aku pikir hanya ditemukan di sinetron saja. Tapi ini adalah sebuah realita di dalam hidup ini bahwa, cinta sejati itu benar-benar ada. Cinta memberikan kita kekuatan, meski dalam keadaan yang tidak pasti. Sekalipun harapan itu hilang.

Tuhan selalu besertamu, Yolanda….

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun