Mohon tunggu...
DONI FEBRIANTO
DONI FEBRIANTO Mohon Tunggu... Lainnya - der coragio

HUMAS-UPN VETERAN YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenang Sejarah Serangan Umum 1 Maret

14 Maret 2022   13:03 Diperbarui: 14 Maret 2022   13:05 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenang sejarah Serangan Umum 1 Maret yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 1949 melalui sebuah pameran seni berjudul "Daulat dan Ikhtiar" yang diselenggarakan di Benteng Vredeburg, Yogyakarta merupakan pilihan yang tepat untuk memaknai perjuangan para pahlawan bangsa. Pameran yang digelar pada 1 s/d 30 Maret 2022 ini, dikuratori oleh Dr. Mikke Susanto M. A., dan Duls Rumbawa. Pengunjung dapat berkunjung ke pameran ini setiap hari selasa s/d minggu pada pukul 08.00 s/d 15.00 WIB. Untuk hari senin dan hari libur nasional tutup. Pengunjung akan disuguhkan karya-karya seni dari seniman yang turut andil dalam pameran ini, seperti Broken Pitch, Dedy Sufriadi, Lutse Lambert, Riyan Kresnandi, dan TEMPA. 

  • Suasana Pameran Seni "Daulat dan Ikhtiar" di Benteng Vredeburg Yogyakarta
    (Sumber: Ferganata Indra Riatmoko)  

"Saya jauh-jauh dari Magelang buat nonton pameran ini ya, soalnya banyak video-video di fwp tiktok saya itu nunjukkin suasana pameran ini bagus, estetik." ungkap Putri, seorang pengunjung. Tiket masuk untuk menikmati karya seni di pameran "Daulat dan Ikhtiar" pun sangat terjangkau. Pengunjung hanya perlu mengeluarkan budget sebesar Rp 3.000/orang. 

Pameran yang digelar sebagai pemaknaan dari peristiwa Serangan Umum 1 Maret ini terkesan berbeda dibandingkan dengan pameran-pameran lainnya yang digelar di Benteng Vredeburg. Hal tersebut dikarenakan pihak Benteng Vredeburg bekerja sama langsung dengan penggiat seni dari Fakultas Seni Rupa, Jurusan Kelola Seni (TKS) Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

 Seniman yang terdiri dari tiga individu dan dua kolektif ini menyuguhkan hasil karyanya antara lain, Lutse Daniel Morin yang menciptakan karakter TNI, Dedy Sufriadi dengan karyanya yang menggambarkan Tentara Pelajar, Ryan Kresnandi dengan karyanya seorang wanita, dan kolektif Broken Pitch yang menggambarkan seorang pemuda laskar rakyat. 

Pameran ini menyimpan nilai historikal yang dapat dimaknai sebagai upaya memperjuangkan sebuah kemerdekaan dan jiwa patriotisme terhadap negara. 

Doni Febrianto Sanusi Putra +62 857-2776-0359 

Doni Febrianto Sanusi Putra 

Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

 UPN Veteran Yogyakarta, +62 857-2776-0359

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun