Meningkatkan pemahaman keagamaan dan kerukukan antarumat beragama merupakan isu penting dalam pembangunan negara,karena dengan pemahaman tersebut kita dapat hidup bermanfaat dan bernegara yakni di Indonesia.Tantangan beragama di Indonesia semakin berat akhir-akhir ini,seiring menguatnya eksklusivisme dan ekstremisme.
Munculnya eksklusivisme dan ektsremisme seringkali dipicu oleh rasa tidak aman akibat ketidakadilan politisasi agama maupun cara berkebudayaan yang salah.
"Agama perlu dikembalikan pada perannya sebagai panduan spiritualitas dan moral, bukan hanya aspek spiritual".
Namun yang terjadi saat ini,banyak dari masyarakat yang menjadikan agama hanya sekadar sebuah ritual,hakikat dari spiritualitas dan moral yang diajarkan tiap agama pun hanya sebatas ilmu/teori tanpa implementasi.
Beberapa waktu lagi umat islam menjemput bulan suci Ramadhan, bulan dimana menghadirkan banyak keberkahan. Jika spirit Ramadhan sesuungguhnya adalah solidaritas Allah dengan manusia, waktu untuk bermunajab dan memohonkan ampunan, namun mahkluk yang serba rapuh ini tidak menghembuskan dalam perilaku sehari-hari.
Sering kali kita berdoa atau bermeditasi khusyuk dikamar, merasa bahagia harapan dan sukacita untuk mereka yang butuh sapaan dan perhatian. Kita menikmati tirual agama,namun abai dalam aspek sosial dari "tindakan beragama". Bisa jadi ada umat Kristen yang rajin beribadah tiap hari Minggu sambal teringat lantunan lagu 'tantum ergo sacramentum'namun tak peduli apakah sudah memberikan yang terbaik dalam melayani sesama.Bisa jadi ada umat Islam yang sering shalat fardhu berjamaah di masjid namun lalai dalam bertegur sapa dengan orang-orang yang dilewatinya.
Selebihnya, semua aspek ritual agama harus dikonkretkan dalam kehidupan sehari-hari karena pada dasarnya  'ilmu tanpo laku iku mati' (ilmu tanpa dipraktikkan akan mati.Bersandar pada prinsip Catur Murti yaitu Mikir (berpikir), Rumangsa (merasa/kepekaan),Ngendiko (bertutur-kata),dan Tumindak (berperilaku).Hakikat kehidupan lebih tepatnya untuk mengabdi kepada sesama manusia,tidak menuhankan kekayaan,harta,jabatan,dan hal-hal keduniawian lainnya.
Oleh : Doni Febrianto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H