Sejumlah buron yang kini diduga menetap di Singapura antara lain, Djoko Tjandra buron kasus Cessie Bank Bali, Anggoro Widjojo buron KPK dalam dugaan kasus korupsi pengadaan SKRT di Departemen Kehutanan serta Sjamsul Nursalim buron kasus BLBI Bank Dagang Negara. Demikian juga Gayus Tambunan yang melarikan diri kenegara tersebut menggambarkan lemahnya diplomasi negara ini terhadap negara tetangga itu. Singapore sebagai negara yang terhimpun dalam negara2 Asean agaknya dalam hal ekonomi menjadi negara yang termaju ekonominya. Namun, jika melihat dari negaranya, indonesia adalah negara yang terbesar yang dapat menguntungkan ekonomu negeri kecil itu. Tentunya, jika Singapore terikat dengan perjanijian ekstradisi dengan Indonesia, negara ini tidaklah menjadi tujuan pelarian uang dari Indonesia.
Memanfaatkan budaya korupsi di Indonesia, negara ini menjadi tempat yang naman bagi pengusaha nakal Indonesia untuk menjalani hidup yang nyaman. Ekonomi menjadi lebih penting bagi Singapore yang memiliki luas wilayah yang terbatas, orientasi ekonomi yang bertumpu dari perdagangan dan Industri memang memerlukan modal yang besar. Indonesia, negara dengan penduduknya yang sangat besar adalah menjadi pasar potensial sekaligus sumber modal bagi Singapura. Tak heran jika hingga saat ini Singapura tidak bersedia mengadakan perjanjian ekstradisi karena hal ini akan menjadi handicap dalam menjadikan Singapura sebagai pusat bisnis.
Memanfaatkan budaya korupsi Indonesia, negeri ini telah menjadi negara dengan pendapatan perkapita terkemuka didunia yang merupakan ukuran sebuah kemakmuran. Para koruptor negeri ini dapat hidup nyaman di Singapura ini disebabkan negara ini telah pula dijadikan kampung halaman kedua karena kesamaan etnis. Kita pernah dengar ungkapan yang diberitakan dalam media beberapa waktu yang lalu bahwa Aburizal Bakrie tidak akan melarikan diri karena dia adalah pengusaha pribumi. Memang faktanya begitu, pengusaha pribumi akan lebih memilih pelarian didalam negeri.
Ingat Tommy Suharto selama buron yang hanya berputar sekeliling Jakarta saja, demikian juga Gayus Tambunan yang diberitakan menyerahkan diri karena takut ditangkap oleh polisi Singapura semakin menunjukkan bahwa Singapura melindungi koruptor Indonesia karena kesamaan etnis. Sedangkan bangsa Indonesia akan menjadi orang asing, mungkin inilah yang mendasari Gayus Tambunan menyerahkan diri. Tommy Suharto lebih memilih Jakarta saja walaupun secara materi dia memiliki kemampuan financial lebih dari cukup untuk hidup dimana saja.
Kita adalah bangsa yang mudah dibeli, politik devide et impera dapat sukses dinegeri ini adalah karena sifat bangsa kita itu. Ada suatu saat orang bertanya kepada saya dengan yakin ketika saya sedang mencuci mobil dihalaman rumah, engkoh ada dirumah ?. Saya jawab sedang keluar kota, padahal pemilik rumah itu saya sendiri. Demikian juga ketika saya sedang berada diproyek saya, pertanyaan juga sama dari seorang berseragam pemerintah, yakin proyek itu milik non pri. Ini menunjukkan bahwa bangsa kita merendahkan bangsanya sendiri sehingga bangsa asing dapat berkuasa di negeri ini.
Dalam bisnis lebih gila lagi, persaingan tidak sehat sering kita hadapi, tidak mampu dengan strategi halus, maka dengan cara kasar, membujuk bangsa kita untuk mengganggu dan kita tahu hasilnya bangsa kita sendiri yang beradu. Ketika dicari biang keladinya, dia sudah menghilang tentunya sambil tersenyum. Banyak cara persaingan tidak sehat dalam bisnis, tetapi banyak bangsa kita yang berhasil dibeli sehingga bisnis itu makin tidak sehat. Berkedok bisnis dengan mengumpan sedikit uang, para penguasaha kriminal itu mampu membobol uang negeri ini secara besar2an untuk dibawa ke Singapore. Dan ini dapat terjadi karena bangsa kita tidak dapat menghargai bangsanya sendiri, bangsa lain mampu memanfaatkan situasi itu dengan jitu. Mungkin saja kita dianggap tidak lebih dari bangsa monyet karena sifat kita sendiri. Gayus Tambunan tidak betah di Singapura karena mungkin saja mereka menganggap Gayus Tambunan adalah bangsa monyet, uangnya saja yang dibutuhkan, manusia tidak dibutuhkan. Kita bukan bangsa monyet, kita bangsa yang bermartabat dan itu harus ditunjukkan dengan tidak menjual diri kita demi uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H