Mohon tunggu...
Momon Mumet
Momon Mumet Mohon Tunggu... -

Jempol Ampuh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Salahkan Sekolah Mahal.

22 Mei 2010   19:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebetulan saya menyimak berita Metro TV yang membahas mengenai editorial Harian Media Indonesia tentang sekolah bertaraf Internasional yang mahal. Kalau saya dapat katakan, apa yang disampaikan dalam berita tersebut benar2 kontra produktif. Tidak dapat menyalahkan biaya yang mahal atau menyamakan dengan pendidikan zaman kolonial yang diskriminatif. Pendidikan adalah hak semua bangsa tetapi bukan berarti semua orang harus menjadi sinterklas untuk memajukan pendidikan di negeri ini. 

Adalah merupakan kebutuhan dasar bagi bangsa ini untuk pendidikan, demikian juga dengan mutu yang baik. Masyarakat yang membutuhkan pendidikan yang bermutu banyak mengirimkan anaknya belajar keluar negeri dengan biaya yang sangat mahal. Peluang inilah yang ditangkap oleh pengusaha kita yang tertarik terjun dalam dunia pendidikan dengan tetap memperhitungkan cost dan benefitnya. Tak dapat pula sekolah semacam ini menjadi mahal karena modal dan biaya operasionalnya juga relatif jauh lebih besar  untuk menyediakan fasilitas serta tenaga pengajar dengan kwalifikasi yang dibutuhkan.

Sebagaimana yang saya tangkap dari pemberitaan tersebut, keiinginan dari penulisan editorial agar dilakukan penindakan yang dijawab oleh pemerintah tidak ada payung hukumnya untuk menindak sekolah mahal adalah sebuah opini yang dikembangkan secara berlebihan. Membangun opini menyalahkan sekolah mahal mungkin terpengaruh oleh budaya kita yang senang mengkritik dan menyalahkan. Rasanya tidak afdol kalau tidak membuka kesalahan orang lain, termasuk menyalahkan peneyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional yang berbiaya mahal.

Jika saya tengok lagi lebih jauh, apa yang disampaikan oleh metro TV tersebut merupakan pengembangan sebuah opini pembodohan bangsa. Mungkin saja terkandung sebuah maksud menghambat pendidikan untuk tujuan tertentu. Sebab, pemberitaan2 selama ini saya nilai telah menjurus pada sikap oposisi, tidak menunjukkan sikap sebagaimana pemberitaan yang berimbang.

Sebelumnya, saya saksikan ulasan berita penyelenggaraan pendidikan di puncak Bintang, Papua yang sangat memprihatikan. Melihat kondisi alam dan kepadatan penduduknya tentunya adalah daerah yang masih tergolong minus. Pendidikan masih jauh terbelakang sedangkan infrstruktur daerah masih sangat minim yang masih memerlukan biaya sangat mahal untuk pembangunannya. Sebagaimana kita tahu, pembangunan daerah baik di Indonesia maupun negara lain didunia masih berpedoman dari kepadatan penduduk. Wilayah yang jarang penduduknya, infrastrukturnya relatif kurang terbangun sebab pembangunan infrastruktur sebuah wilayah juga akan mempertimbangkan manfaatnya secara ekonomis. Dengan penduduknya yang masih jarang, tentunya pembangunan akan melihat manfaat dari investasi negara tersebut. Menjadi tidak adil juga, daerah padat penduduk disamakan dengan wilayah jarang penduduk. Pengelo9laan keuangan negara akan pula melihat azas prioritas sehingga menciptakan pembangunan yang adil. Membandingkan pendidikan di pedalaman papua dengan sekolah mahal sebagaimana urutan pemberitaan yang saya saksikan merupakan pemberitaan yang tidak fair yang tujuaannya hanya ingin  menyampaikan maksud bahwa pendidikan mahal yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah tindakan yang menyalahi aturan dan jauh dari keadilan. Mungkjin akan lebih fair membandingkan sekolah yang bertaraf internasional dengan sekolah unggulan yang diselenggarakan pemerintah, bukan membandingkanya dengan sekolah dipedalaman Papua.

Hanyalah sebuah contoh pemberitaan yang menghasut sehingga negara ini tidak pernah tenang,  pemberitaan yang disusun sedemikian rupa yang pada akhirnya hanya akan menciptakan situasi yang tidak kondusif. Pendidikan yang bermutu memang memerlukan pembiayaan yang mahal,  seharusnya hal yang positif untuk kemajuan bangsa patut kita dukung. Belajar didalam negeri dengan fasilitas dan mutu internasional sesungguhnya jauh lebih baik ketimbang mengirimnya keluar negeri. Peluang inilah yang ditangkap oleh mereka yang tergerak dalam dunia pendidikan, tidak ada salahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun