Mohon tunggu...
Momon Mumet
Momon Mumet Mohon Tunggu... -

Jempol Ampuh

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Mati Didarat Atau Dilaut.

18 Agustus 2010   18:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:54 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

[caption id="attachment_231186" align="alignleft" width="300" caption="Kapal Perang TNI AL ini sesungguhnya dapat dibuat didalam negeri ( foto indosmarin )"][/caption] Ketika tiga anggota pengawas kelautan kita ditangkap oleh polisi air Malaysia, miris mendengarnya, negara kita seolah kehilangan kehormatan dan drama itu diakhiri dengan barter nelayan Malaysia yang tertangkap. Nota protes dilayangkan, tetapi barter sudah terjadi yang artinya Malaysia selangkah telah lebih maju dari kita dalam melindungi warganegaranya terlepas salah atau benarnya.  Kontradiksi dengan sejarah kelautan bangsa kita ,  Indonesia sebagai negara kelautan, dari zaman dahulu sudah terkenal sebagai pelaut ulung. Kita mengenal Malagasi atau madagaskar di Afrika, negara itu tidak terlepas dari sejarah kehebatan pelaut kita yang akhirnya para pelaut itu menjadi bagian dari bangsa Madagaskar.  Sumpah palapa patih Gajahmada yang bertekad mempersatukan kepulauan nusantara tentunya tidak terlepas dari peran armada lautnya. Namun, setelah Indonesia merdeka, justru industri kapal di negeri ini tak berkembang padahal negeri kita banyak membutuhkan armada laut baik untuk keperluan pertahanan, transportasi atau untuk mengeploitasi hasil laut kita. Sewaktu kecil, dalam sebuaqh pelayaran bersama orang tua saya yang menggunakan kapal kayu yang cukup besar, deburan ombak dan tiupan angin sungguh menyenangkan.  Yang saya ingat, kapal itu berlayar tidak jauh dari lepas pantai. Pengalaman masa kecil itu terus membekas hingga pada suatu saat pada masa awal saya bekerja, untuk mencapai tempat bertugas selain menggunakan pesawat kecil, sering saya menggunakan kapal kayu yang melayani rute Kendari Kolaka Bau Bau yang memakan waktu semalaman. Mungkin saat ini kapal2 kayu itu telah berganti dengan kapal yang terbuat dari fibreglass, namun kapal semacam ini hanya untuk pelayaran pendek dan berlayar tidak jauh dari pantai untuk menghindari ombak yang tinggi. Namun, sebagaimana armada pelayaran rakyat yang berupa perahu layar bermotor masih banyak dioperasikan. Walaupun dengan peralatan seadanya, armada pelayaran rakyat ini masih cukup mempunyai peran dalam menghubungkan pulau2 di Indonesia.  Industri Kapal seperti ini masih bertahan, walaupun merupakan industri pertukangan, industri ini seperti halnya yang masih ada di Kabupaten Takalar Sulawesi selatan masih diminati oleh luar negeri tetapi bukan untuk kepentingan komersial, tetapi lebih untuk kepentingan leasure. Beberapa waktu yang lalu, kita pernah mendengar proyek Pinisi Nusantara yang berlayar menuju Amerika Serikat. Hanya sebuah pembuktian bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pelaut untuk sebuah prestise semata. Ditengah kemajuan tehnologi perkapalan dunia, seolah Indonesia yang jaya dilaut itu kini dihadapkan sebuah kenyataan bahwa negeri ini mempunyai masalah dalam menjaga kelautan kita, pencurian harta kekayaan laut seolah sudah menjadi kenyataan yang harus diterima. Sementara para nelayan kita tertatih2 mengais dengan kapal yang tidak memenuhi syarat, kapal asing yang modern dapat seenaknya masuk diperairan negeri ini. Terjun dalam dunia industri perkapalan adalah sebuah kebetulan saja karena memang pada waktu itu saya membutuhkan pekerjaan. Namun dari bekerja itu saya memperoleh sebuah gambaran sulitnya perkembangan industri galangan kapal di Indonesia,  padahal, jika industri ini dapat berkembang, ikutan dari perkembangan industri ini akan mengangkat kehormatan bangsa ini dilautan. Semula saya tidak terbayangkan bagaimana membuat kapal yang besar dengan beberapa lantai layaknya gedung bertingkat. Demikian pula dengan pembuatan kapal ikan sampai tonase 170 GT yang dapat berlayar dilautan lepas yang umumnya untuk penangkapan ikan tuna yang cukup komersial di pasaran dunia. Hampir seluruh perairan indonesia terdapat ikan jenis itu. Sedikit mengenai tehnik pembuatan kapal, sesungguhnya bukanlah sesuatu karya yang luar biasa jika kita memahami tahapan pembuatannya. Saat ini telah tersedia program rancang bangun kapal, pengetahuan IT dalam pembangunan kapal ini sangat berkaitan erat sebagai cara yang lebih efisien untuk membuat rancang bangun kapal. Dengan perhitungan skala tertentu, dari rancang bangun tersebut dituangkan kedalam ukuran skala penuh. Potongan gambar skala penuh itulah yang dicetak diatas sebuah kertas untuk panduan pembuatan kapal. Berpedoman pada gambar kerja itu dilakukan pemotongan lembaran baja, dilakukan pengepresan sehingga membentuk lempengan sesuai gambar. Demikian juga dalam pembuatan kerangka yang nantinya diassembling sesuai urutan gambar. Segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal tentunya tidak dibuat oleh  galangan kapal itu sendiri, banyak supplier yang bergerak dalam usaha perlengkapan kapal. Galangan kapal lebih berkonsentrasi pada pembuatan bodynya sedangkan seperti electrical, water supply, waste management system, fire protection system, power, decoration, furniture, comunication system, navigasi diusahakan oleh usaha yang spesialisasi bidang itu masing2. Sesungguhnya, tidak sulit mencari partner kerja dalam pembangunan kapal karena usaha pendukung akan datang dengan sendirinya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Indonesia lebih banyak memesan kapal ke Luar negeri ?. Kembali pada polecy pemerintah yang masih berkutan pada pengendalian mata uang, kebijakan ini sudah berlangsung sejak masa orde baru dimana penguatan rupiah dijawab dengan kebijakan devaluasi mata uang dengan alasan melindungi export agar tetap dapat bersaing di luar negeri. Seperti yang berlangsung saat ini, ketika USD melemah hampir terhadap seluruh mata uang, para menteri ekonomi mengeluh karena situasi tersebut dianggap menghambat export.  Yang menjadi pertanyaan kita, mengapa menghambat export ?. Ini tak lain pengalaman depresiasi yang lalu, ketika itu sektor perkebunan dan pertanian menjadi sektor yang paling mujur karena penghasilan rupiah berlipat ganda tetapi tidak disadari barang kebutuhan lainnya mengalami lonjakan harga seperti kendaraan bermotor karena sebagian besar komponennya masih import. Kebijakan yang masih berfokus pada komoditas tersebut membuat industri menjadi terabaikan sehingga industri di negeri ini dianggap oleh perbankan sebagai sektor yang penuh resiko. Terlebih industri galangan kapal dimana negara2 maju melakukan proteksi atau mensupport industri ini dengan memberikan pinjaman kepada pembeli hasil industrinya. salah satu sebab Indonesia masih memesan kapal di luar negeri karena negara produsen kapal tersebut memberikan pinjaman kepada Indonesia untuk pengadaan kapal. Akibatnya, industri dalam negeri harus mencari upaya sendiri agar dapat bertahan, walaupun pemerintah memberikan syarat mengikut sertakan industri galangan dalam negeri, namun yang dikerjakan tidaklah sgnikfikan, hanya bagian yang tidak begitu bernilai seperti pembuatan lifeboatnya. Dalam beberapa waktu terakhir sering terjadi kecelakaan laut di Indonesia terutama pada kapal yang terbuat dari fibreglass, memang pengadaan kapal fibreglass ini jauh lebih murah dibanding kapal baja atau alumunium. Itulah kemampuan permodalan bangsa kita yang tidak mendapat dukungan sektor financial, apalagi untuk armada kapal ikan yang sifatnya bukan pelayaran reguler dimana hasil yang didapat sangat tergatung dari kemampuan operatornya. Usaha penangkapan ikan memang masih banyak kendala terutama untuk penanganan pasca penangkapan atau storage untuk mempertahankan mutu.  Sebuah usaha memang telah pernah dibangun dengan menggunakan kapal induk sekaligus pengolahan yang berlayar mendekati armada penangkapan, namun kembali pada mental juga karena sulitnya pengawasan ditengah laut. Artinya jika kekayaan laut kita ingin tergarap secara optimal, bukan hanya diperlukan pembangunan aarmadanya saja, tetapi mental bangsa ini harus dibangun pula. Agaknya kita harus menyadari, program yang bagus tidak ada gunanya kalau mental korup itu masih melekat pada bangsa ini. Usaha perikanan ini dianggap sektor yang riskan dalam bisnis perbankan karena memang bangsa kita juga tidak mampu menunjukkan kepercayaan yang dibutuhkan dalam pemberian pinjaman.  Dilematis memang, disatu sisi pemeintah tidak dapat berbuat banyak, dilain sisi masyarakat masih terbiasa menerima kemurahan alam, kepercayaan masih pula dianggap kemurahan bukan tanggung jawab. Seolah kita akan mati didarat karena perubahan iklim yang ekstrim yaqng memnyebabkan produksi pangan menurun, mati juga dilaut karena isinya telah dijarah bangsa lain. Berkaca pada pengalaman yang miris, mau menangkap  penyerobot justru ketangkap polisi malaysia. Nasib bangsa harus diperbaiki, mulai dari mana dan siapa yang memulai ?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun