[caption id="attachment_84921" align="alignleft" width="300" caption="Pimpinan Sidang Paripurna DPR"][/caption] Hari ini Wapres Boediono terpaksa meninggalkan rapat internal di kantor Wapres, iring2an pengawalan wakil presiden menyertai Boediono menuju istana kepresidenan ditengah hiruk pikuknya sidang paripurna DPR yang menyebut namanya. Beritapun beredar kabar Boediono mudur, namun langsung dibantah oleh juru bicara kepresidenan. Sementara itu berita lain mengatakan, walaupun namanya disebut disidang paripurna DPR, Boediono dan Sri Mulyani tenang2 saja. Tenang2 saja juga menjadi berita, apalagi kalau sampai panik, mungkin menjadi berita yang lebih heboh. Malam ini masih terjadi perdebatan mengenai penutupan sidang paripurnan DPR oleh Marzuki Ali yang ditayangkan stasiun televisi, kelompok anti bailout mengkritik Marzuki Ali yang dinilai tidak mampu memimpin sidang dan bersikap otoriter. Marzuki Ali berdalih berpegang pada tata tertib, aturanpun menjadi perdebatan. [caption id="attachment_84922" align="alignright" width="300" caption="Marzuki Ali"][/caption] Namun dibalik itu semua, adalah sebuah strategi jebak menjebak, waktu yang pendek untuk mempelajari hasil kesimpulan pansus yang baru diserahkan tanggal 1 Maret adalah waktu yang dianggap sempit untuk mengadakan konsolidasi suara fraksi pro bailout. Itulah sebabnya, Marzuki Ali yang berasal dari partai demokrat berpegang pada tata tertib yang disepakati Bamus karena mempunyai kesempatan mempelajari sidang paripurna hari pertama DPR yang hanya beragendakan pelantikan wakil ketua DPR yang lowong dan pembacaan laporan pansus. Sebaliknya, kelompok anti bailout takut kecolongan jika keputusan sidang paripurna ditunda samapai besok yang dinilai akan memberikan kesempatan pro bailout melakukan konsolidasi.  Hujan interupsi terjadi agar sidang harus berlangsung satu hari yang langsung membuat keputusan. Hujan interupsi itupun dipakai sebagai moment untu mengetuk palu tanda sidang ditutp oleh ketua sidang, marzuki Ali.  Kericuhanpun terjadi, duduk diantara peserta sidang terlihat biang pansus Ruhut Sitompul yang tertawa senang, yes...... yes....... sambil mengepalkan tangan. Kelompok anti bailout kecolongan strategi, mau tidak mau harus bersabar  menunda kepastian akhir nasib bailout bank century sampai besok. [caption id="attachment_84924" align="alignleft" width="297" caption="Semua ingin jadi Boss"][/caption] Tampaknya, anti bailout terprovokasi, paripurna adalah pemegang keputusan tertinggi tegas mereka, merubah tata tertib sangat dimungkinkan, pancingan inilah yang diinginkan oleh kelompok pro bailout. Kemungkinan besar besok akan hujan interupsi lagi, sidang diminta merubah agenda, kelompok pro bailout meminta pandangan fraksi2 di sidang paripurna, merobah tatib adalah kewenangan sidang paripurna dengan memakai pendapat kelompok anti bailout. Jika hal ini sampai terjadi, alamat sidang akan deadlock, pembahasan akan berkutat pada tatib dan quorum, ulur waktu lagi, emosi anti bailout sudah memanas, jika terpancing ...... tok...tok...tok.... sidang kan diskors untuk kompromi, begitu berulang kali entah sampai kapan. Semua berkeras ingin didengar karena semuanya boss, demokrasi para boss, saling menghargai boss, harus kompromi tapi yang terpenting dengarlah aku dahulu. Semua sudah menegaskan, tatib dapat dirobah dalam sidang paripurna, yang dibuat bamus dapat dianulir, itulah yang diinginkan oleh kelompok pro bailout. Dengan alasan tersebut pro bailout ingin merubah tatib, sidangpun akan berputar lagi membahas tatib. Jika kelompok anti bailout konsisten dengan ucapannya, maka tidak alasan kelompok ini menolak pembahasan perubahan tatib. Inilah liciknya politik, bermain suara bukan berarti menguasai medan, suara itu direkam dijadikan senjata untuk untuk menelikung dirinya sendiri. Emosi yang tinggi akan menunjukkan keputus asaan, itulah yang diinginkan oleh kelompok pro bailout, ujungnya kompromi. Mudah2an analisa ini meleset, sebab kalau terjadi ........ mau dikemanakan muka pansus angket, malunya itu bah...!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H