5. Bahtera Nuh seharusnya –adalahhal yang bisa kita lihat paling sesuatu di film ini, sesuai referensi yang kita yakini selama ini, kita akan membayangkan sebuah perahu atau sesuatu berbentuk seperti perahu yang bisa mengapung di atas air. Saya sebenarnya lebih penuntut, jadi ingin melihat geladak dengan sekat-sekat di mana singa, harimau dan beruang terpisah untuk menghindari predator ini mengejar dan mencaplok rusa atau kambing di atas perahu. Jika itu terlalu detail, sebuah kapal rombeng besar versi film Water World terbuat dari kayu, itu keren.
Samasekali bukan yang seperti itu yang kita lihat, bahkan Tubal Cain si penentang Nuh, pun salah faham dengan apa yang sedang dibangun oleh Nuh, dalam satu kesempatan mengagitasi pasukannya, Cain dengan lantang mengajak pengikutnya menghancurkan benteng Nuh –Cainserius melihat sebuah benteng– Ia tidak melihat konstruksi karya Nuh itu sebuah perahu.
4. Jika anda menonton film Noah berangkat dari pemahaman dan iman anda pada cerita nabi-nabi di kitab suci yang anda yakini. Ide paling gila dari film ini adalah Raksasa Batu yang disebut The Watcher, mereka membantu Nuh membuat perahu serta menjaga keselamatan Nuh sekeluarga. Tentu saja kitab suci tidak menyinggung sedikitpun casting Raksasa Batu ini. Anda tidak dapat menyalahkan penulis naskah dan sutradaranya, mereka perlu menciptakan sesuatu yang membantu Nuh merealisasikan rancangannya di bawah tekanan alam, tenggat waktu dan pasukan musuh.
Tapi anak saya tahu darimana Raksasa Batu itu berasal, kata mereka, salah satu raksasa batu itupernah main di Upin & Ipin episode Upin & Ipin Berburu Harta Karun, “Jadi sekarang mereka di Hollywood?” tanyaku,” Karir yang bagus!”
3. Tebak-tebakan ini saya dapatkan waktu kecil,”Semua jenis binatang di dunia dengan berpasang-pasangan beriringan masuk ke bahtera Nuh. Pertanyaannya:”Binatang apa yang tidak masuk ke perahu Nuh?” Saya menjawab siput, karena ia terlalu lambat dan tertinggal. Di Noah, hari pertama ribuan burung-burung masuk, hari berikutnya ular, kadal dan binatang melata lainnya, sutradaranya mempersingkat segmen ini, gajah sudah masuk dan duduk dengan tenang di kabin kapal.
Saya tadinya berharap sesuatu, misalnya seperti rombongan binatang dalam film Jumanji, datang dari segala penjuru, bergemuruh, menabrak sana-sini berebut masuk ke kapal. Bagaimana kalau ada sedikit pertarungan antara bison dengan yak atau serigala dengan hyena?
Ada rombongan binatang yang masuk ke kapal dengan berebutan? Tidak ada. Ada pertarungan brutal bison dengan yak? Tidak ada. Ada perkelahian berdarah antara serigala dengan hyena? Tidak ada.
Binatang apa yang tidak masuk ke perahu Nuh? Ikan.
2. Di bagian pertiga film, Noah harus membunuh bayi untuk memenuhi permintaan Tuhan. Permintaan Tuhan, seperti biasa agak rumit. Itu bagus untuk film, ada satu alasan yang harus diperjuangkan.
Tuhan ingin me–reset dunia, dan ini skenarionya: Nuh sekeluarga (dan binatang-binatang) diselamatkan dulu, kemudian nanti Nuh wafat, lalu Naameh istrinya juga mati tua, Ham yang paling besar harus menguburkannya. Kemudian Ham dan Illa istrinya akan mati tua juga, giliran Shem menguburkannya. Shem adalah manusia terakhir, kalau Tuhan –siapa tahu– kelak berubah pikiran, Shem akan diberi tugas baru.
Atas doa Naameh, istri Nuh dan mukjizat dari Methusellah, kakek Nuh. Illa, Istri Ham mengandung dan melahirkan bayi perempuan kembar, sehingga merusak skenario.
(Salah satu alasan film ini dilarang ditayangkan di negara-negara Timur Tengah karena adegan Nuh membunuh bayi Illa.)
Saya menyukai paradoks ini, setidak-tidaknya ceritanya sekalian kacau, di ujung sini manusia dan binatang sedang dicoba diselamatkan, di ujung lainnya dunia akan dikocok ulang, dimulai kembali dari ketiadaan.
1. Entah latah atau memang dengan seksama diteliti oleh LSI, Noah dilarang di Indonesia dengan alasan penyimpangan cerita dari kitab suci. Nuh difilemkan bagus, tanpa dibuat jalancerita baru sudah dramatis, ada bahtera, ada binatang-binatang buas di perahu, ada usaha survival mempertahankan kapal dari badai, tinggal dimaksimalkan. Jadi Noah ini, ide cerita baru malah bikin repot dan pontang-panting menciptakan banyak hal baru, mulai dari tempat, character baru, ketegangan baru.
Sudah banjir remake cerita di film-film dan jauh lebih absurd, contohnya Abraham Lincoln Vampire Hunter dan Hansel Gretel yang dua ini kurang ngaco gimana coba? Dua film ini tetap berjalan dengan pakem cerita (folklore) dan kronologis (history), Noah sebaliknya lari dari "kepemahaman" satu-satunya bekal penonton dari rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H