Mohon tunggu...
Doni Hardiyanto
Doni Hardiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan

Masih belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jaga Kelaminmu Dul!

26 Desember 2015   21:55 Diperbarui: 26 Desember 2015   22:11 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang teman sebut saja namanya bedul sore ini bercerita kepada saya tentang pengalamannya yang sungguh tidak mengenakkan.

Hari ini dia janjian dengan seorang teman lama yang sudahmenjanda, ditinggal mati suaminya, perempuan tersebut sesungguhnya sudah dia kenal sejak 15 tahun yang lalu, sewaktu masih sama-sama bekerja disebuah perusahaan pembiayaan. Dari komunikasi grup BB eks kantornya, mereka sering mengadakan arisan bulanan, untuk sekedar menjalin silaturahmi. Dari seringnya ketemu, mereka menjalin asmara. Padahal bedul sudah memiliki istri cantik dan dua orang anak yang lucu-lucu. Dari sekedar curhat, cerita masa lalu mereka, sampai cerita lamanya sawah yang sudah mengering, padahal musim hujan baru mulai. Akhirnya mereka janjian bobo-bobo bareng. Ini pengalaman pertama si bedul mengajak si sephia gulat ranjang, setelah makan siang, akhirnya mereka memutuskan cek in disebuah hotel di kota B.

Singkat kata, setelah menuntaskan pertempuran birahinya, mereka pulang dengan naik mobil si bedul. Setelah mengantarkan ke sebuah perbelanjaan, dan saling berjanji untuk secepatnya bertemu lagi, bedul pun pulang ke rumahnya. Setelah menghapus lisptik yang masih menempel masuklah bedul ke dalam rumah. Setelah ngobrol sejenak dengan istri, pembantunya memberitahu ada tamu di depan rumah.

Dua lelaki yang berumur sekitar 45 tahun memperkenalkan diri sebagai wartawan sebuah media. Yang dia sendiri belum pernah mendengar namanya. Dengan gaya jurnalis kawakan, mereka langsung tancap gas, mengkonfrontir, apa yang sudah dia lakukkan di sebuah hotel dengan wanita yang bukan muhrimnya. Sementara di luar, ada dua orang, seorang dengan pakaian gamis putih, dengan sorban di kepala serta jidat menghitam. Serta seorang lagi berperawakan sedang mirip seorang calo kelaparan. Dengan gaya seorang ustad di sinetron hidayah, sang kyai menasehati, Ini bulan mauled, apakah pantas seorang suami yang sudah beristri membawa perempuan lain disebuah kamar hotel? Dan disambung nasehat-nasehat lain dengan sesekali diselipkan ayat-ayat suci yang dia sendiri tidak paham artinya.

Pada akhirnya sang jurnalis berkata, Saya tidak mau merusak rumah tangga kamu, tapi tugas kewartawanan saya wajib menyampaikan hal ini ke public. Entah public siapa yang dimaksud. Karena perasaan takut si bedul pun mengajak pak “kyai” dan teman-temannya untuk membicarakan ini di luar komplek. Mereka pun janjian untuk ketemu di kantor sang jurnalis, yang ternyata tidak jauh dari hotel tempat si bedul menginap.

Dengan diantar seorang teman bedulpun menemui mereka, kantor tersebut adalah sebuah bangunan yang mirip gudang, bagian depan dipakai untuk membetulkan sebuah mobil, ada warung kopi dan rokok di samping kantor tersebut. Mereka dibawa ke sebuah ruangan, berukuran sekitar 15 M2 dengan bangku-bangku lusuh dan sebuah computer tua yang entah masih hidup atau sekedar pajangan. Rokok-rokok pun mulai dibakar, tanpa ditawari minum pembicaraan pun langsung pada inti permasalahan. Setelah mengulang cerita dan dibumbui sedikit humor basi, intinya mereka mengancam, mau ditulis di media mereka dengan ancaman akan menganggu hubungan rumah tangga atau damai. Damai artinya berapa uang yang mau kamu kasih untuk menecegah tsunami.

Akhirnya merekapun sepakat, tidak akan memuat cerita bodoh ini di media mereka, dengan imbalan beberapa lembar uang. Setelah basa-basi sejenak dan bertukar cerita konyol, merekapun berpisah.Bedul sudah bersumpah untuk tidak pernah menginjak kaki ke kantor itu lagi, apalagi ketemu dengan kyai tembak, yang entah darimana mendapatkan sorban dan baju gamisnya.

Pulangnya bedul mampir ke hotel tempatnya adu kelamin siang sebelumnya, dan mendapat informasi bahwa hal ini sudah sering kali terjadi, bedulpun disarankan untuk melapor ke polisi. Yang pasti akan ditolaknya. Sesampai di komplek perumahannya, ternyata mereka sudah mengikut si bedul dari luar komplek, masuk ke pos satpam dan memutari jalan rumah bedul, menurut penuturan satpam, ketika sampai dekat rumah bedul, si baju gamis, baru memakai sorban di kepalanya.

Mungkin kali ini bedul akan tobat, atau akan mencari hotel yang lebih aman. Yang saya tahu malam ini dia mengajak anak dan istrinya untuk makan malam di sebuah Mal, entah karena benar-benar mau, atau sekedar menebus rasa bersalahnya. Tapi setidaknya bedul sudah diperingatkan, Kelamin itu dijaga, bukan diumbar-umbar, nanti lama-lama bisa menjadi penjahat kelamin, atau kena penyakit kelamin dul..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun