Mohon tunggu...
Doni Hardiyanto
Doni Hardiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan

Masih belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mau Mabuk? Miras Oplosan Solusinya

9 Mei 2010   08:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:19 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam minggu dan minuman keras memang tidak ada hubungannya, namun dibeberapa tempat kongkow tanpa menenggak minuman keras rasanya kurang afdol. Apalagi bagi anak muda. Namun akibat harga yang mencekik, minuman berlabel (merk) menjadi barang mahal buat sebagian kalangan masyarakat penggemar minuman keras. Sebelumnya dengan uang ceban (Rp.10.000) sudah mendapatkan satu paket minuman keras, sekarang dengan kondisi yang sama, penggemar mabuk harus merogoh kocek sebesar Rp.35.000.

Mahalnya harga minuman keras disebabkan naiknya cukai minuman beralkohol, untuk golongan A (5%) dari 3.500/liter menjadi 11.000/liter. Golongan B (6 – 20%) naik dari sebelumnya 10.000/liter menjadi 30.000/liter, sedangkan golongan C >20% dari 25.000/liter menjadi 75.000/liter. Hal tersebut berdasarkan permenkeu no.62 tahun 2010. Sehingga menyebabkan omzet minuman keras golongan A terutama menjadi anjlok.

Karena mahalnya minuman tersebut, banyak penggemar miras beralih ke minuman keras oplosan, dari ciu di solo jawa tengah, lapen di Jogja dan gingseng di daerah bekasi. Namun sayangnya akibat mahalnya bahan baku, banyak pedagang yang akhirnya menambah campuran sendiri, seperti methanol.

Sudah banyak korban meninggal akibat minuman keras oplosan ini dibeberapa daerah, terakhir di Indramayu, Cirebon 10 orang tewas akibat menenggak minuman keras oplosan. Belum lagi di Salatiga (21 tewas), jogja (11 tewas).Minuman keras memang sudah menjadi gaya hidup sebagian masyrakat kita. Mulai anak sekolah, tukang ojek, sopir becak dan kalangan masyarakat kecil lainnya. Celakanya, kebanyakan korban meninggal adalah masyarakat kecil yang mungkin ingin melupakan kepenatan hidup dengan sekedar menenggak minuman keras.

Korban-korban tewas tersebut akhir-akhir ini bukannya berkurang, namun semakin bertambah saja, sudah saatnya pemerintah mencari solusi terbaik, bukan membiarkan korban sia-sia terus bertambah. Jangan sampai minuman oplosan menjadi solusi kesulitan hidup yang semakin bertambah.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun