Penentuan siapa gubernur DKI Jakarta untuk periode 2012-2107 tinggal menyisakan satu hari lagi. Kedua pasangan kandidat semakin gencar berkampanye, baik dengan cara menaikkan citra dirinya atau pun menjatuhkan reputasi saingannya. Saling serang, saling sikat. Kedua kubu sama-sama melanggar masa kampanye yang telah ditetapkan, dan mencuri-curi momen untuk berpromosi. Baik dengan cara disampaikan langsung oleh sang kandidat via pemberitaan (pesanan) di media massa, maupun lewat para pendukung dan simpatisannya yang terus bergerilya di berbagai media.
Isu SARA adalah tema utama dari mayoritas serangan yang ditujukan kepada Jokowi-Ahok. Baik Jokowi maupun Ahok memang bukan 'pribumi Jakarta'. Baik Jokowi maupun Ahok meski mengaku berhasil dan dianggap pahlawan oleh para warga yang pernah mereka pimpin, namun banyak pengamat politik yang menyebut Jakarta adalah wilayah dengan masalah besar yang tingkat kompleksitasnya berkali-kali lipat ketimbang Solo maupun Bangka.
Khusus untuk Jokowi, dirinya terus diserang oleh pertanyaan 'berapa lama akan menata Jakarta?' Hal ini mengacu pada dua hal. Pertama, keberhasilannya menata Solo yang kota kecil saja membutuhkan waktu setidaknya 3 tahun. Berapa lamakah Jakarta (yang terdiri dari banyak ragam penduduk dengan kepentingannya masing-masing) akan diberesi?
Lalu yang kedua adalah soal isu Jokowi akan mengikuti Pemilu Presiden 2014. Meski Jokowi sudah menyatakan 'tidak berminat', namun penolakannya untuk menandatangani kontrak politik yang disodorkan Hidayat Nur Wahid membuat banyak orang berpikir Jokowi pasti maju dalam PIlpres 2014. Seperti diketahui, alasan PKS menyatakan mendukung Foke adalah karena Jokowi menolak berjanji tidak akan meninggalkan posisi gubernur DKI Jakarta (jika terpilih) selama masa jabatannya belum berakhir. PKS (dan rasanya semua orang tahu) bahwa Jakarta harus dibenahi dengan cara berkesinambungan, jangan sampai terputus di tengah jalan, ganti pemimpin, ganti kebijakan.
Keputusan PKS mendukung Foke juga memunculkan serangan baru untuk Jokowi. Meski beragama Islam, Jokowi banyak disebut sebagai muslim yang tidak taat; alias Islam KTP. Keimanan memang urusan masing-masing pribadi dengan Tuhannya. Namun isu ini menjadi panas karena pada kenyataannya umat muslim memang diperintahkan untuk memilih pemimpin yang beriman. Umat muslim Jakarta (terutama kader PKS) pun seolah terpecah: memilih calon pemimpin yang seiman namun kurang bisa diandalkan atau memilih yang bisa diandalkan namun kurang imannya.
Serangan Untuk Foke-Nara
'Kegagalan memimpin' adalah tema utama dari serangan-serangan yang ditujukan kepada pasangan kandidat Foke-Nara. Berbagai masalah Jakarta yang masih belum teratasi terus diungkit, bahkan dikembangkan menjadi 'banyak program tidak beres, pasti karena dikorupsi'. Serangan ini menjadi semakin gencar karena Foke selalu memberi jawaban yang normatif sehingga terkesan berkelit dan mencari-cari pembenaran.
Uniknya, meski dikesankan sebagai pemimpin yang gagal total, Foke tidak pernah diserang lewat isu banjir. Secara tidak langsung kubu Jokowi-Ahok seperti mengakui bahwa Foke berhasil mengusir banjir dari Jakarta. Banyak yang bilang Jakarta baru dibenahi menjelang Sea Games (karena didesak SBY agar tidak bikin malu), tapi pada kenyataannya ancaman siklus banjir besar 5 tahunan tidak lagi menenggelamkan Jakarta.
Tidak sedikit sebetulnya bukti kinerja Foke, seperti misalnya koridor busway yang diperpanjang hingga hampir 2x lipat. Namun diperpanjang tidak sama dengan ditambah. Maka serangan yang muncul untuk Foke pun terus berkutat di jumlah koridor yang hanya bertambah sedikit sehingga terkesan Foke tidak bekerja atau dananya dikorupsi.
Padahal seperti dijawab oleh Foke ketika debat kandidat: dugaan korupsi di Pemda DKI didasarkan pada kurang jelasnya sejumlah aliran dana karena tidak cukup waktu untuk ditelusuri lebih detil lagi. Namun kubu lawan terus mengasumsikan dana tidak jelas = korupsi. Terbukti ketika panelis bertanya kepada Jokowi yang menuduh Pemda DKI di bawah Foke melakukan korupsi, pria asal Solo ini hanya menjawab "Ya itukan data yang disampaikan kepada saya sepert itu. Saya ini orang bodo. Saya tahunya kalau catatan dananya tidak beres ya berarti digunakan untuk yang tidak beres."