Mohon tunggu...
doni kusuma
doni kusuma Mohon Tunggu... -

Hanya mencoba menumbuhkan kembali kebiasaan lama dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sesi Istirahat 2

5 Februari 2011   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ayat renungan:

1.Lebih baik diam dan kelihatan bodoh, daripada ngomong dan bodohnya keluar, biarkan waktu menunjukkan siapa anda (Imlek 3:2)

2.Jangan duduk di barisan terhormat, duduklah di bagian tidak terhormat, sehingga jika tuan rumah datang, dia akan mengajakmu di hadapan semua tamu untuk duduk di bagian paling terhormat(imlek 4:5)

Contoh:

Jika dalam sebuah diskusi , pendapat kita tidak dihargai, tidak didengar, dilecehkan, dianggap sepi. Adalah baik untuk berdiam diri dan mundur dari perbantahan. Tetapi jangan lupa, sambil undur, pelototi moderatornya, katakan dalam hati “Belum tau dia siapa saya”, telepon teman, bodyguard dan balad preman, siapkan parang dan atau bom. Dan biarkan teman-teman bekerja untuk anda. Kobarkan saja semangat mereka. Biarkan semua melihat siapa anda, menghormati anda pada akhirnya.

Pertanyaan :

Bagaimanakah kita bisa menentukan apakah seseorang itu nabi/utusan Tuhan allah?

Jika belum pernah ada Muhammad atau Yesus (anggap mereka tak ada/belum diturunkan). kemudian ada seseorang atau beberapa orang mengaku sebagai utusan Allah, mengaku sebagai Yesus atau Muhammad. Bagaimana kita bisa percaya mereka itu utusan Allah?. Apa dasar kita bisa percaya? Padahal bisa saja kan si otong yang mengaku-aku jadi wakil/utusan Tuhan. Jika yang mengakunya banyak, siapa dari antara mereka yang akan kita percayai sebagai utusan/wakil allah? dan Kenapa?

Jawabannya jangan berputar-putar ya.... kegoblokan anda dibaca seluruh dunia.

Seperti biasa, hasil diumumkan.

Dan nantikan sesi 3 dari 3 Apakah allah bertanggung jawab......?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun