Semangat Pagi! Meskipun tulisan ini dibuat menjelang tengah malam, namun semangat tetap harus pagi-pagi. Kenapa? Karena di pagi hari kita selalu merasa optimis seiring sinar matahari yang terus memanas di tiap jengkalnya menyinari bumi. Seperti itulah semangat yang direfleksikan ke dalam dua buah kata “Semangat Pagi”.
Maka dari itu, tulisan ini lahir karena semangat yang memanas ketika aku ingin berbagi sebuah cerita. Cerita ini adalah pengalaman mengikuti proses seleksi di Gramedia Group of Retail and Publishing (GORP). Pada bulan Desember 2015 lalu aku memulai pengalaman hebat mengikuti seleksi karyawan di salah satu perusahaan di bidang ritel dan peneritan yang tergabung dalam Kompas Grup ini.
Bagaimana tidak hebat, karena Brand Image Gramedia sudah begitu melekat di segmen yang luas. Contohnya ketika seorang dosen menyarankan mahasiswa untuk membeli buku referensi kuliah, sang dosen tersebut mengatakan “buku ini bisa kamu beli di Gramedia dengan harga yang relatif terjangkau”.
Berdasarkan contoh tersebut, ketika mengikuti seleksi karyawan di Gramedia, aku merasa tertantang untuk menjadi bagian dari perushaan yang sudah menjadi Top of Mind Branded ini. Maka dari itu, melihat deskripsi kerja yang dituliskan di pengumuman, serta menimbang pengalaman dan latar belakang yang aku miliki, aku merasakan ada kecocokan. Sehingga aku memutuskan untuk mengajukan lamaran menjadi “Social Media Officer” di Gramedia.
Sebagai seorang job hunter saat itu, aku hanya berharap yang terbaik. Paling tidak aku sudah berdoa, kemudian berusaha dengan maksimal, lalu aku ikhlaskan dan aku berserah diri kepada Allah SWT., akan hasil yang akan diberikan-Nya kepadaku. Konsep ini dalam kamus populerku dikenal dengan istilah “DUIT” yang berarti Doa, Usaha, Ikhlas, dan Tawakal (berserah diri).
Bulan November 2015 aku mengirimkan surel kepada seorang HRD (Human Resources Department) Gramedia GORP, ternyata dua minggu setelahnya –di bulan Desember 2015-, aku mendapatkan panggilan untuk mengikuti seleksi di Gramedia tersebut. Pada tahap awal aku diwawancara oleh seorang HRD di situ. Seperti wawancara kerja pada umumnya, bercerita tentang personal character, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja yang dimiliki serta pengetahuan mengenai perusahaan dan lingkungan kerja nantinya. Aku pun menjawabnya dengan yakin dan optimis, seperti dua buah kata “Semangat Pagi” tadi.
Setelah itu, aku mengetahui bahwa proses seleksi di Gramedia (atau pun di Kompas Grup) terdiri dari seleksi berkas, psikotes, wawancara HRD, wawancara user, penawaran gaji, dan tes kesehatan. Ketika ini semua dilalui, maka seorang kandidat karyawan akan menandatangani kontrak kerja di Gramedia. Dengan mengucap syukur, aku diberi kesempatan untuk mengikuti semua tahapan itu dengan baik. Betul saja, aku sudah sampai di tahap tes kesehatan pada bulan Januari 2016 kemarin.
Hasilnya? Aku gagal di tahap tes kesehatan.
Namun demikian aku sudah menyiapkan kondisi terburuk dari setiap proses yang aku ikuti, khususnya proses seleksi karyawan di Gramedia ini. Aku sejenak melakukan introspeksi diri. Menelaah bagian mana yang membuatku gagal di tahap ini. Berdasarkan pengamatanku sendiri, aku sudah berusaha untuk tenang sebelum mengikuti tes kesehatan ini. Aku merasa cukup tidur, tidak mengonsumsi obat dan minuman beralkohol. Intinya aku merasa baik-baik saja pada hari aku menjalani tes kesehatan tersebut.
Bahkan aku sempat menghubungi seorang HRD yang menjadi contact person selama proses rekrutmen tersebut. Aku berusaha meminta hasil tes yang dikeluarkan Rumah Sakit tempatku melakukan tes kesehatan. Namun pihak HRD tidak dapat memberikannya, bahkan sekedar memberitahukan parameter apa yang gagal di tes kesehatan tersebut. Karena alasan hasil tes itu adalah data perusahaan, maka ia berhak untuk menyimpannya sebagai classified document. Aku pun memahaminya.
Tapi kemudian, aku berusaha berjiwa besar. Menerima kegagalan adalah tindakan heroik bagi seseorang. Bagiku, tidak ada yang tidak mungkin jika kita masih “Semangat Pagi” untuk memulai usaha yang lain.